15 Februari 2016

pedang tanpa bayangan

Warung arak itu diraih dari sabetan  pedang. Sabetan yang cepat, nyaris tak terlihat.

Tuan Li sama sekali tak menduga akan melihat sabaten secepat itu. Hatinya mencelos. Badanya dingin serupa diguyur es. Anak muda di depannya betul-betul di luar dugaan.. Ia sudah mengalahkan bapaknya dengan mudah, hanya 120 jurus.

Tapi, kini satu jurus pedang dimainkan anak muda itu, ia bahkan tak bisa berkutik. Tak ada kesempatan menghindar ke kiri atau ke kanan, apalagi mudur ke belakang. Mata pedang tahu-tahu sudah berada di depan lehernya. Belum sampai, anginnya sudah terasa menggigilkan urat.

Ia akhirnya hanya bisa memenjam. Menanti ajal. Tapi, tidak. Tak ada pedang yang menmbus lehernya. Ketika ia membuka mata, ujung pedang terhenti hanya beberapa senti dari lehernya.

...

Tidak ada komentar: