15 Desember 2009

Bercinta Tanpa Kata

ini hanyalah malam yang sama
kau mengelusku, memberi isyarat
lalu kita bercinta:
penuh keringat, tanpa sepatah kata

apakah cinta kita sudah
begitu saling memahami
hingga tak perlu
lagi segala kata-kata?
ataukah kita tengah berpacu
menuju kesunyian
yang hampa?

malam nanti kau mungkin datang lagi
ke kamarku
mengelus ini dan itu
meminta
aku mungkin akan coba
berkata-kata
mengucap sepatah dua puji dan rayu
agar cinta kita
tak mati kesepian(*)

09 Desember 2009

Meneropong Masa Depan Belahan Jiwaku

termangu menatapmu
dua belahan jiwaku
pagi yang heboh:
berkeras menolak mandi
dan makan
kalau tidak lantas jalan-jalan
siang yang gerah:
diwarnai tangis kalian
yang tetap menolak dipaksa
memakai celana
malam yang berisik:
dede terus saja merengek
meminta nenek
tetap duduk saat menemaninya bobo

ah, padahal kalian baru
sejenak menemani
baru dua atau tiga langkah saja
tapi sudah kulihat gambaran
masa depan itu:
kalian menempuh jalan sendiri
meski kupaksa memilih
yang kumau

anak, kata pujangga itu
memang serupa anak panah
kita hanya berhak mengarahkannya
setelah lepas dari busur
ia adalah milik dirinya sendiri
ia memiliki peruntungannya sendiri

bulan depan
kalian akan genap tiga tahun
tapi sungguh sudah banyak
yang kurasa bersama kalian
kembar belahan jiwaku(*)