22 Maret 2010

Jadi rembulan yang beda

akulah rembulan
gelap di dalam, tanpa daya
hanya bisa memantulkan
sinarsinar mereka saja

tapi kuingin menjadi
bulan yang beda
serupa chairil yang mati muda
meninggalkan nama
dan kepiawaian memantulkan segala

kuhanya perlu lebih banyak keluar
bersua lampulampu segalam macam
yang temaram
yang gemilang
lalu kupancarpancar saja semua
dengan caraku
dengan gayaku(*)

Ujung Berbelukar

serupa berjalan dengan mobil butut
bermandi keringat, berurai serapah
harihari kita menjelma ironi
berkubang di genang nikmat
tapi hanya bisa merutuki
gerimis kecil peengganggu hari
padahal belum jauh jarak:
baru lima enam langkah saja
tapi kini seperti di ujung jalan
bersua belukar onak
kemanapun melangkah
hanya cubitan duri dan
tusuk kekecewaan mengganggu hati
setiap hari tak hentihenti
kau kadang terlihat tersiksa
kadang terlihat nyaman
kerap pula tak peduli
sedang aku kian tenggelam
dalam: kekecewaaan sudah setinggi hidung
kita mungkin butuh penyelamat
dengan segera(*)

21 Maret 2010

Kumbang Lelah

akulah
kumbang yang bisu
melewati bunga tanpa sepatah kata
kumbang yang buta
memandang indahmu tanpa kecamuk rasa
kumbang yang kecewa
ditusuk sikap-sikapmu yang berduri
kumbang yang sudah lelah
dan siap menyerah
kapan saja: hari ini atau esok(*)

Mengantar Kalian dengan Kecemuk Rasa

akulah si tua yang gelisah
saat mengiringi langkah kalian
menjejaki etelase
dan bilikbilik mall
melongok mencecapi
semua bujuk rayu itu

langkah beringsut
kecamuk jiwa kian
tindih mendindih
senang melihat tawa kalian lepas bersahutan
was-was bila langkah ini
hanya mengantar kalian
jadi pemuja berhala dunia
ada pula kecewa
tak bisa memberi lebih
serupa mereka

rasa tak berdaya
juga berkobar
saat pagi atau sore
kami putus asa
menyuapi mulutmu
yang terus terkunci
lalu kembali mengimingi kalian
dengan janji jalanjalan

ah
bila kelak kalian
jadi mahluk buruk kehidupan
pastilah karena
lalaiku hari-hari ini(*)

09 Maret 2010

Kau pergi Lagi

selalu dan selalu lagi
berjalan memutar
kembali ke lubang sama
di tempat itu
membayangkan masa depan
menimbulkan nausea(*)

Setelah Melihat Shutter Island

karena ada kegialaan
dalam masing-masing kita
maka kita pun asik
melamun sendiri

seperti lelaki itu
yang terbenam dalam hayal setelah
menembak istri
yang menenggelamkan tiga buah hatinya
ia menjalin cerita
membuat dosa-dosa masa lalu
menjadi lebih mudah
ditanggungkan

karena kita dilekati kegilaan
maka kita pun seperti
tergantung pada seutas
benang tipis: kewarasan
sewaktu-waktu
bisa putus
lalu kita pun tenggelam(*)