Hidup hanya cukup untuk
satu nyanyian
hening
Tawar
Tak lengkap
Harihari terlalu menguras tenaga
Tak tersisa buat yang lain
Termasuk cinta yang selalu menuntut utuh penuh
pikiran tersedot habis
Oleh kasus silih berganti
Menularkan kosong dan perih
Sementara di dalam
Tubuh berkhianat
Mengingkari
Kemudaan
Dan harapan umur panjang
Lalu
Soal baru memanggil
Menguburmu dalam sibuk
Hingga lupa maut
Kian bersijingkat
Mengendapendap
Mendekat.
Ti juru-juru kota nu surem
nu pesing ku aroma kamiskinan jeung rasa putus asa
Yatim-yatim diasuh
Ku jurig tanpa nurani
Digedekeun rasa dengdam
Teu anggeus-anggeus
Jadi sato tan rasa nyaah atawa karunya
Haok polotot
Sabet bedog
Kokang bedil
Getih ngamalir
Nepakeun gimir
Ka warga kota
Ti juru kota
Yatim-yatim katalangsara
Nguliat hudang
Ngabedahkeun amarah
Nepakeun kamarudah
Urang kotretkeun
Carita surem
Lalakon burem
Pinuh ku darah jeung pati
Bobgan urang apilain
Ka sasama nu nyangsaya
Balas sangsara
di tungtung kota.
Dina jandela kareta
Kalangkang harepan lalumpatan
Nepakeun karempan
Jeung rasa hanjakal
Perjalanan ieu
asa taya hasilna
Padahal stasiun tujuan
Beuki ngadeukeutan.
Silih genti
Paheula-heula
Parebut lolongkrang
kareta
Basa geus merenah
Terus uplek jeung
Layar telepon
Hare2 kanu gigireun
Najan paadek
Taya tanaga
Keur cumarita
Pasesedek hese usik
Najan paadek hoream ngobrol
Harehare sajajalan
Ngoprek telepon atawa
Ngadon ngalamun teu puguh pikir
Karasa metropolitan pisan
Fisik deukeut
Batin api lain(*)
Di ujung hari
Di sisa seretan langkah
Selalu saja terpaku di sini
Menghibur diri
Dengan romansa di layar kaca
Di kesendirian kamar pengap
Sebelum terlelap
Dininabobo musik lembut
Pikiran kembali menapaki jejak hari ini
Kadang lega tak jarang resah
Lalu mata terpenjam
Seraya menyadari
Esok akan sama saja(*)
Warung arak itu diraih dari sabetan pedang. Sabetan yang cepat, nyaris tak terlihat.
Tuan Li sama sekali tak menduga akan melihat sabaten secepat itu. Hatinya mencelos. Badanya dingin serupa diguyur es. Anak muda di depannya betul-betul di luar dugaan.. Ia sudah mengalahkan bapaknya dengan mudah, hanya 120 jurus.
Tapi, kini satu jurus pedang dimainkan anak muda itu, ia bahkan tak bisa berkutik. Tak ada kesempatan menghindar ke kiri atau ke kanan, apalagi mudur ke belakang. Mata pedang tahu-tahu sudah berada di depan lehernya. Belum sampai, anginnya sudah terasa menggigilkan urat.
Ia akhirnya hanya bisa memenjam. Menanti ajal. Tapi, tidak. Tak ada pedang yang menmbus lehernya. Ketika ia membuka mata, ujung pedang terhenti hanya beberapa senti dari lehernya.
Liputan6.com, Jakarta - Meski Indonesia kehilangan suara dalam voting pemain terbaik dunia alias Ballon d'Or 2015, jurnalis Indonesia Nurdin Saleh ternyata masih punya suara untuk menentukan pemain terbaik dunia 2015. Ini kali kelima secara beruntun Nurdin memberikan suara dari kalangan media untuk ikut memilih pemenang Ballon d'Or.
Bagaimana Nurdin bisa menjadi jurnalis Indonesia yang ikut berpartisipasi di Ballon d'Or sejak 2010? Kisah ini dimulai ketika dia ditugaskan meliput Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Ketika itu, dia bertemu dengan wartawan Jepang yang menjadi bagian dari Asosiasi Pers Prancis untuk memilih Ballon d'Or yang mulai bergulir pada 2009. Seperti diketahui, majalah France Football yang menggagas ide pemain terbaik di dunia ini, dengan mengawalinya dengan penghargaan untuk pemain terbaik Eropa.
"Kami mengobrol banyak tentang sepak bola. Kebetulan wartawan Jepang itu sudah menjadi bagian Asosiasi Pers Prancis untuk memilih Ballon d'Or," kata dia saat dihubungiLiputan6.com, Jumat (8/1/2016).
Dari perkenalan tersebut, Nurdin membuka koneksi dengan pers Prancis. Mulai 2010, Nurdin rutin memberikan suara untuk ikut menentukan pemenang Ballon d'Or.
"Kemudian dia mengajak saya menjadi perwakilan Indonesia untuk ikut pemilihan. Saat itu Ballon d'Or masih dipegang majalah Prancis. Sampai sekarang juga masih dipengang media Prancis, meski sudah di bawah FIFA," ucapnya.
Nurdin membenarkan, untuk menjadi pemilih Ballon d'Or di kalangan jurnalis memang harus mempunyai kenalan di Asosiasi Pers Prancis. "Iya memang seperti itu," ucapnya sambil tertawa.
Untuk pemilihan kali ini, Nurdin mengatakan, sudah melakukan pemilihan pada November 2015. Wartawan Tempo ini sudah memilih pemain terbaik di antara Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, atau Neymar."Saya ditanya Asosiasi Pers Prancis apakah masih menjadi wartawan olahraga. Kemudian saya jawab ya. Setelah itu, saya kembali dipilih menjadi wakil Indonesia," kata Nurdin.
"Pemilihannya sudah kelar dilakukan pada November lalu. Voting dilakukan dengan cara kirim email. Tapi saya tidak boleh mengungkapkan pilihan saya. Nanti saja kalau sudah diumumkan," dia menambahkan.
Sebelumnya, menurut Sekretaris Jendral PSSI, Azwan Karim, Indonesia kehilangan hak suara untuk memilih pemenang Ballon d'Or karena terganjal sanksi FIFA yang jatuh pada Mei 2015 lalu. "Itu sudah termasuk dari hukuman yang diterima. Jadi itulah alasan Indonesia tidak ikut memilih pemain terbaik dunia FIFA Ballon d'Or," Azwan menuturkan.
Suara Indonesia diwakili oleh pelatih Timnas dan Kapten Tim. Jacksen F Tiago dan Boaz Solossa pernah berpartisipasi di anugrah pemain terbaik dunia ini.(*)
Jurnalis Indonesia Tetap Memilih di Ballon d'Or 2015
M. Arby Rahmat Putratama, CNN Indonesia
Senin, 11/01/2016 16:46 WIB
Nurdin Saleh tidak mengunggulkan Neymar pada Ballon d'Or 2015. (REUTERS/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia-- Jurnalis Indonesia, Nurdin Saleh, tetap memberikan suaranya dalam ajang Ballon d'Or 2015 meski Indonesia sedang disanksi FIFA. Ini adalah kali keenam Nurdin memberikan suaranya di penghargaan tahunan FIFA tersebut.
Indonesia tidak mendapatkan hak suara untuk memilih pada penghargaan Ballon d'Or 2015 yang akan berlangsung di Kongresshaus, Zurich, Senin (11/1). Sanksi FIFA yang didapat sejak Mei 2015 membuat Indonesia kehilangan hak memilih.
Selain kapten dan pelatih timnas dari 209 asosiasi anggota FIFA, pihaknya lain yang berhak memilih di Ballon d'Or adalah jurnalis pilihan majalah Perancis, France Football.
Berbicara kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Nurdin mengaku tetap memberikan suaranya untuk Ballon d'Or meski Indonesia tengah terkena sanksi FIFA.
"Saya dikasih formulir dari France Football untuk memberikan suara dalam pemilihan tersebut. Saya isi dan kirim lewat email. Soal suara saya masuk dalam hitungan, ya saya tidak tahu," ujar Nurdin.
"Kalau wartawan mungkin beda kali ya dengan pelatih atau kapten timnas. Tapi, saya tidak tahu juga, saya memilih mewakili wartawan Indonesia," sambung Nurdin sembari tertawa.
Sebelumnya Sekjen PSSI, Azwan Karim, memastikan Indonesia tidak punya hak untuk memilih dalam Ballon d'Or karena sanksi FIFA. Mengenai Nurdin yang tetap mampu memberikan suaranya, Azwan mengaku tidak tahu alasan jurnalis senior itu tetap bisa memilih.
"Mungkin kalau jurnalis berbeda kali ya. Yang jelas pelatih dan kapten timnas tidak memilih karena kita masih terkena sanksi," ucap Azwan.
Bukan Neymar
Nurdin sudah menjadi perwakilan media dari Indonesia untuk Ballon d'Or sejak 2010. Jurnalis Tempo tersebut mengaku bisa dipilih France Football sebagai perwakilan jurnalis Indonesia berkat jurnalis asal Jepang bernama Shuichi Tamura.
Berawal dari perkenalannya dengan Tamura ketika bertugas meliput Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Wartawan Jepang tersebut ternyata anggota Asosiasi Pers Perancis dan kemudian mengusulkan nama Nurdin ke France Football.
"Dari situ, teman saya itu ajak saya untuk mengikuti pemilihan," katanya.
Mengenai Ballon d'Or 2015, Nurdin enggan mengungkap pemain mana yang diunggulkannya. Yang pasti Nurdin tidak memilih penyerang Barcelona asal Brasil, Neymar, sebagai unggulan utama. Sementara dua nomine lainnya adalah Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
"Saya tidak bisa memberi tahu, tapi sepertinya juga sudah jadi rahasia umum. Yang jelas bukan yang dari Brasil," ucap Nurdin. (har)
Liputan6.com, Jakarta - Sanksi FIFA membuat Indonesia harus absen dalam pemilihan pemain terbaik dunia FIFA Ballon d'Or 2015. Indonesia kehilangan hak suara setelah dihukum FIFA, Mei 2015 lalu.
Menurut Sekretaris Jendral PSSI, Azwan Karim, Indonesia tidak mendapat keterangan tertulis dari badan sepak bola dunia untuk berpartisipasi menentukan pemain terbaik sejagat edisi 2015. Pertama kali, Indonesia tidak bisa memberikan suara sejak penghargaan individual ini digulirkan pada 2009.
"Kami sudah tidak bisa ikut pemungutan suara Ballon d'Or. Sejak pemilihan 23 kandidat hingga tiga pemain tersisa, PSSI sudah tidak dikasih tahu," ucap Azwan kepada Liputan6.com di Kantor PSSI, Jumat (8/1/2016).
Dia menjelaskan, FIFA tidak membeberkan alasan Indonesia tidak mendapatkan suara. "Itu sudah termasuk dari hukuman yang diterima. Jadi itulah alasan Indonesia tidak ikut memilih pemain terbaik dunia FIFA Ballon d'Or," tambahnya.
Azwan juga menjelaskan, sanksi FIFA ini juga memupuskan jurnalis Indonesia untuk terlibat dalam voting Ballon d'Or 2015. Sejak tahun 2010, jurnalis Tempo, Nurdin Saleh ikut berpartisipasi dalam pemilihan."Sepertinya dia juga tidak ikut. Sampai sekarang tidak ada komunikasi dari FIFA terkait Ballon d'Or," ucap Azwan.
Namun ketika dihubungi terpisah oleh Liputan6.com, Nurdin Saleh telah memberikan suara pemain terbaik dunia pada November 2015. "Saya memilih pemain terbaik dunia pada November melalui email. Untuk pemain yang dipilih, saya belum boleh mempublikasikannya."
Ada tiga finalis Ballon d'Or 2015, yakni Lionel Messi, Cristiano Ronaldo dan Neymar. Pengumuman pemenang bakal dilangsungkan di Zurich, 11 Januari mendatang.
Penghargaan pemain terbaik dunia ini dipilih oleh pelatih Timnas dan kapten Timnas masing-masing anggota FIFA. Mantan pelatih Timnas, Jacksen F Tiago dan Boaz Solossa pernah memberikan suara untuk menentukan pemain terbaik dunia.
ketika kewarasan ditelikung luka
kenyataan mengabur
menjelma negeri kabut
dipenuhi hari-hari yang lebih bisa
diterima nalar
hari-hari yang entah
hari-hari yang bengkok
aku dan dia
tak lagi berbatas
hayal dan nyata
tak lagi terpisah
dosaku..
apakah dosaku?
karena aku
tak sadar
telah melakukannya
lukaku...
apakah lukaku?
karena aku tak
merasakan nyerinya
aku hanya melihat
semuanya di luar:
mengambang di luar diriku.(*)
Nak...
dengarlah ini
kunyanyikan lagumu
sepenuh jiwa
sepenuh harap
bahwa aku akan bisa
mengenali sosok asingmu
permataku..
tetap ku petik gitar ini mengiringi baitbait
yang pernah kaugores
berharap bisa paham
apa kecemuk di hatimu
sehingga memilih
ujung tragis:
merenggut jiwa-jiwa tak berdosa
lalu mengakhiri nafasmu sendiri
buah hatiku... maafkan
bila semua salahku
bila khilafku
memojokanmu dalam kubang
gundah tak sudahsudah
sehingga kau rela memilih
jalan tak terbayangkan
anakku...
aku tak akan dengar bisikbisik mereka
soal lagumu yang tak pantas
dibawakan
karena lahir dari hati
yang dikuasai bisik iblis
Karena tercipta dari jiwa
penumpah maut dan duka
biarlah semuanya
akan terus kunyanyikan lagumu
sambil menangis
sambil merintih
dan berusaha mengenangmu
si anak malang(*)
ketika langit serasa jatuh
menekan meremukkan dada
melenyapkan segala asa
ingatlah rudy
pada suatu hari
setelah ditinggal mati
sahabat sejati
ia memutuskan
"seumur hidupku aku mendengar orang berkata
apa yang bisa dan tidak bisa aku lakukan.
kini, tidak
aku tak mau lagi mengikuti mereka"
lalu ia melawan semua
keraguan
cemooh
dan kecewa
lalu ia melangkah tak lelah-lelah
melawan angin
melewati kerikil
meraih mimpi(*)