ibarat secawan anggur
tak habis habis kereguk
itukah kebersamaan kita: aku, kalian
kita terus menuang
anggur ke cawan itu
lewat kata
lewat canda
dan segala permainan itu
o, alangkah indah
juga nikmat
juga memabukkan
dan membuat ketagihan
o, alangkah lahap
enggan terlepas
cawan dari bibir
kuteguk terus dan terus
kebersamaan kita
adalah candu(*)
19 Februari 2010
18 Februari 2010
Aku di hari ini
aku di hari ini
termangu-mangu di segala tempat:
saat telentang di ranjang
duduk di meja makan
membelah suntuk kemacetan
dan dalam sujud yang tak pernah khusus
aku di hari ini
gelisah menengok
jejak jejak kaki
di belakang punggung
sudah banyak waktu berlalu
tapi langkah hanya berkutat
di tempat sama jua
aku di hari ini
melapal tekad
di pagi hari: kuat, teguh
tentang ingin dan hendak
dengan menjahit waktu
menjadi baju
untuk masa depan
tapi ketika sore tiba
dan badan lunglai
dihempas lelah
hanya tercetus enggan:
ah, nanti saja kumulai semua
aku di hari ini
tersesat dalam labirin
hidup yang sesak
dan menekan pundak(*)
termangu-mangu di segala tempat:
saat telentang di ranjang
duduk di meja makan
membelah suntuk kemacetan
dan dalam sujud yang tak pernah khusus
aku di hari ini
gelisah menengok
jejak jejak kaki
di belakang punggung
sudah banyak waktu berlalu
tapi langkah hanya berkutat
di tempat sama jua
aku di hari ini
melapal tekad
di pagi hari: kuat, teguh
tentang ingin dan hendak
dengan menjahit waktu
menjadi baju
untuk masa depan
tapi ketika sore tiba
dan badan lunglai
dihempas lelah
hanya tercetus enggan:
ah, nanti saja kumulai semua
aku di hari ini
tersesat dalam labirin
hidup yang sesak
dan menekan pundak(*)
Hanya Diam
aku di negeri asing
batas batas begitu tipis
satu rasa ke rasa lain
ibarat satu kedipan mata saja
kemarahan yang memuncak
terpendam dalam diam
kebahagian yang membuncah
ternikmati dalam diam
ini negeri yang aneh
tak pernah termimpi sebelumnya
kau cemberut, kudiam
kau marah, kudiam
hanya dalam hati
berkecemuk kekecewaan
penyesalan
dan keputusasaan
tapi sesaat kemudian
semua kecemuk itu luluh
kumaafkan kau, dalam diam(*)
batas batas begitu tipis
satu rasa ke rasa lain
ibarat satu kedipan mata saja
kemarahan yang memuncak
terpendam dalam diam
kebahagian yang membuncah
ternikmati dalam diam
ini negeri yang aneh
tak pernah termimpi sebelumnya
kau cemberut, kudiam
kau marah, kudiam
hanya dalam hati
berkecemuk kekecewaan
penyesalan
dan keputusasaan
tapi sesaat kemudian
semua kecemuk itu luluh
kumaafkan kau, dalam diam(*)
16 Februari 2010
Di Ambang Senja
usia sudah nyaris tunai
tapi waktuku
hanya habis
di kamar tidur
jalanan
dan layar televisi(*)
tapi waktuku
hanya habis
di kamar tidur
jalanan
dan layar televisi(*)
15 Februari 2010
ingat usia
mengingat usia
gelisah meraja
tik tak tik tak
seperti jarum jam
umur terus beranjak
sedang langkah
masih tetap
di sini sini juga
terbersit tekad
tapi segelar terlupa
aroma tempat tidur
dan sihir layak kaca
tik tak tik tak(*)
gelisah meraja
tik tak tik tak
seperti jarum jam
umur terus beranjak
sedang langkah
masih tetap
di sini sini juga
terbersit tekad
tapi segelar terlupa
aroma tempat tidur
dan sihir layak kaca
tik tak tik tak(*)
14 Februari 2010
Kuruguk Semua
kalianlah kini segala hariku
kan kureguk utuh penuh kebersamaan kita
kaka yang lemah manja
dede yang selalu jinak merpati
aku tak peduli yang lain
hanya kalian
biar langit runtuh, bumi belah
takkan kuhiraukan
asal kalian tertawa sentosa
kan kunikamati hingga saripati terakhir
saat saat ini
karena esok: ketika kalian kian beranjak
entah apa kan terjadi
kutahu
sebagai pribadi
kalian akan membawa
adat kemauan dan takdir sendiri
jadi esok mungkin saja
kita akan bersebrangan
Maka hanya hari inilah milik kita
kan kureguk cucup semua
hingga hilang dahaga
kan kucebur selami kebersamana kita
hingga tak ada penyesalan
dan bila esok berbelok
ke arah yang tak terduga
aku masih bisa bergumam:
setidaknya aku pernah meraskan
kebersamaan nan ajaib ini
hanyut aku dalam cinta kalian(*)
(ketika kembar menginjak 3 tahun sebulan)
kan kureguk utuh penuh kebersamaan kita
kaka yang lemah manja
dede yang selalu jinak merpati
aku tak peduli yang lain
hanya kalian
biar langit runtuh, bumi belah
takkan kuhiraukan
asal kalian tertawa sentosa
kan kunikamati hingga saripati terakhir
saat saat ini
karena esok: ketika kalian kian beranjak
entah apa kan terjadi
kutahu
sebagai pribadi
kalian akan membawa
adat kemauan dan takdir sendiri
jadi esok mungkin saja
kita akan bersebrangan
Maka hanya hari inilah milik kita
kan kureguk cucup semua
hingga hilang dahaga
kan kucebur selami kebersamana kita
hingga tak ada penyesalan
dan bila esok berbelok
ke arah yang tak terduga
aku masih bisa bergumam:
setidaknya aku pernah meraskan
kebersamaan nan ajaib ini
hanyut aku dalam cinta kalian(*)
(ketika kembar menginjak 3 tahun sebulan)
12 Februari 2010
Kita
bersisian
tapi terpisah lautan
itu kita
terbaring di ranjang sama
tapi hanya mendengar degup-detup
dari dada sendiri sendiri
kau asik dengan harapanmu
aku sibuk dengan kecewaku
waktukah yang bersalah
merenggangkan kita
atau kekecewaan: serupa pasir
datang sebutir-sebutir
lalu menjelma gunungan
ini bukan impianku(*)
tapi terpisah lautan
itu kita
terbaring di ranjang sama
tapi hanya mendengar degup-detup
dari dada sendiri sendiri
kau asik dengan harapanmu
aku sibuk dengan kecewaku
waktukah yang bersalah
merenggangkan kita
atau kekecewaan: serupa pasir
datang sebutir-sebutir
lalu menjelma gunungan
ini bukan impianku(*)
01 Februari 2010
Atticus
: to kill a mockingbird
aku tersuruk
hilang arah, lupa waktu
bibir sudah terlalu lelah
tapi masih menggeletar
atticus! atticus! atticus!
terus kepanggil ia:
seorang lelaki
yang mau melawan kaum sendiri
demi menuruti kata nurani
ia putih
tapi bisa melihat
warna serupa
di hati si hitam
yang teraniaya
diperkosa lalu difitnah
ia diasingkan
diludahi
dimusuhi
tapi ia tetap melanglah
"ini adalah sesuatu
yang merasuk ke hati nurani.
aku tak sanggup pergi ke gereja
dan menyembah tuhan
jika aku tak menolongnya"
ah
atticus! atticus!
terus kucari ia
ke setiap lorong
tiap bangunan
dan pelataran
tapi tak ada
sama sekali tak berjejak
ia mungkin sudah mati
dan nurani kini
tak lagi berarti(*)
aku tersuruk
hilang arah, lupa waktu
bibir sudah terlalu lelah
tapi masih menggeletar
atticus! atticus! atticus!
terus kepanggil ia:
seorang lelaki
yang mau melawan kaum sendiri
demi menuruti kata nurani
ia putih
tapi bisa melihat
warna serupa
di hati si hitam
yang teraniaya
diperkosa lalu difitnah
ia diasingkan
diludahi
dimusuhi
tapi ia tetap melanglah
"ini adalah sesuatu
yang merasuk ke hati nurani.
aku tak sanggup pergi ke gereja
dan menyembah tuhan
jika aku tak menolongnya"
ah
atticus! atticus!
terus kucari ia
ke setiap lorong
tiap bangunan
dan pelataran
tapi tak ada
sama sekali tak berjejak
ia mungkin sudah mati
dan nurani kini
tak lagi berarti(*)
Langganan:
Komentar (Atom)