tuan, maafkan kami
tak lagi tergerak
melihat air mata
meleleh di sudut matamu
kami terlalu lelah
dibisiki dongeng buaya serakah
terus berlomba mengakali
aturan dan keadilan
untuk menggelembungkan isi saku
maafkan ya, tuan
kami tak lagi yakin
ada buaya putih di kolam keruh
karena kami lihat
kalian begitu bergelimang harta
begitu bermandi sentosa
saat kami tahu
berapa harusnya isi saku itu
tuan, harap kau tak kecewa
kami kini tak lagi percaya
bila kau bilang tidak,
kami duga iya
Saat kau bilang bersih,
kami yakin berlumur lumpur
kami tahu lidahmu lentur
terbiasa menenun kata penarik simpati
tapi maaf saja
rayuan itu bukan buat kami
hati hati kini sudah membatu
setelah terus dilewati kalian
yang tak henti menginjak-injak
keadilan kami(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar