23 Oktober 2009

Kebadian II

bukan karena suara
serak basah yang lihai
mengayun-ayun perasaaan
semata kenangan
yang datang tiap menyimaknya
hadir pula engkau:
mata bening,
wajah purnama,
senyum yang susah diterka

sudah terpisah jarak
kumasih tak tahu
cara mengartikan saat-saat itu
mungkin hanya rasa yang percuma
datang terlalu senja
saat kau sudah bersiap
melapal janji
dan melangkah memeluk sebuket
masa depan serba terang

padahal andaipun kau menyambut
segalanya belum tentu
serupa persis harapan di mimpi
saat itu ada khawatir
yang mengusikusik hati
kutakut tak terlalu
baik buatmu

suara serak basah
kadangkadang berkumandang lagi
dan aku kerap hentikan langkah
menyimaknya
sambil bergumam: ah, kenangan itu.(*)

Tidak ada komentar: