suatu hari terpetik lah pelajaran berharga
tentang lidah setajam pedang
yang sudah jadi buah bibir dunia
tapi aku baru merasanya malam itu
saat istri merengut di pojok dapur
dia protes atas komentarku tadi siang
sebelum berangkat kerja
"memang komentar apa sih?
kok sampai diomongin pedas begitu?"
aku melongo
komentar apa?
bukankah hanya soal pohon tetangga
yang menjulang angkasa
kukatakan layak ditebang karena
sudah mengangkangi kabel listrik
aku enteng saja berkata begitu
karena sudah merasa dekat dengan
tetanggaku itu
rupaanya setelah pergi
muncul komentar pedas entah dari siapa
kenapa harus urusi rumah orang?
rumah sendiri saja tak karuan.
ya ampun
lagi-lagi lidahku
kata-kata yang kuanggap biasa saja
ternyata bisa jadi belati
yang menyakiti sesiapa
tampaknya,
sudah saatnya kata lebih dijaga(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar