23 Januari 2009

Hidup Adalah Melempar Bola

"Hidup ibarat melempar bola ke dinding kongkrit di depan mata. Sekeras apa kita berusaha melempar, sekeras itu pula pantulan yang kembali ke kita."

Saya mendapat filosofi hidup yang menarik itu dari seorang tetangga, seorang penjahit yang tengah beranjak sukses. Pria Tionghoa itu mengaku mendapatkan ajaran itu dari sang ayah.

Filosofi itu terdengar sederhana, tapi kian dipikir kian terasa masuk akal. Bukankah rezeki yang kita dapat kerap kali setara dengan besarnya usaha yang kita curahkan. Bukankah kebaikan yang kita limpahkan ke sekitar kita pada akhirnya akan berbalas kebaikan yang setara, atau kadang malah lebih.

Tetangga saya itu sudah mampu menerapkan filosopi itu dalam bekerja dan bertetangga. Dia sukes dalam usaha dan disukai oleh tetangga lain. Sedang saya, ya baru sekedar mengangguk-angguk menyadari kedalam maknanya.(*)

Tidak ada komentar: