akulah si pandir itu
arungi sesal tiada berujung: mengapa dulu kulepas genggamanmu?
senoktah kesal, sepercik ragu, kala itu
membuatku dihanyut emosi, membiarkanmu belok kiri
sedang aku dengan yakin memilih kanan
jalanku ternyata berujung suram
aneh benar: semua yang kusua,kalah sempurna
padahal bukankah dulu kusebut kau gudang masalah
akulah si pandir itu
menyungkur tanpa malu
memintamu kembali(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar