27 Januari 2009

Nilai di Balik Kisah Ramayana

Gila. Begitu komentar tercetus begitu membaca pengantar "Inikah Kita; Mozaik Manusia Indonesia" karya Radhar Panca Dahana. Ting. Sebuah proses pencerahan terjadi.

Cerita Ramayanalah pangkal soalnya. Cerita yang sudah berulang-ulang kudengar, hingga bosan dan tak lagi menarik perhatian. Tapi Radhar menyebut ada nilai filosopis sosiologis dalam cerita itu. Dan memang tarasa masuk akal.

Rama adalah unsur asing bagi India. Kesuksesannya merebut Dewi Sinta dari tangan Rahwana, sekaligus menumpas raja laknat itu, tak lain merupakan cerminan dari kemenangan sang asing dalam menggeser nilai lokal.

Kini India bahkan mengindintikkan diri dengan sang asing itu: hidung mancung, kulit putih, dan ciri-ciri sosok Eropa lain. Identifikasi yang jelas tergambar dalam film-film bolywood saat ini.

Indonesia juga memliki kisah serupa itu. Lakon Aji Saka Vs Dewata Cengkar. Aji Saka adalah unsur asing baik yang berhasil menyisihkan kekuatan lokal yang digambarkan durjana.

Belum rampung, dan terlalu detail, memang membawa chapter itu. Tapi yang sudah kudapat tampaknya layak jadi renungan. Radhar bahkan berkali-kali mengajak kita memikirkan dan menggali nilai lokal yang kini sudah tersingkirkan itu.(*)

Tidak ada komentar: