akulah sais yang ingkar
dulu janjikanmu taman sentosa
kini membawamu tak kemana-mana
tapi waktulah yang berdosa
merebut hari-hariku
menimbuninya dengan pikul-pikul kesibukan
hari-harimu lantas silih berganti dalam sepi
hingga kau menjelma duka: dalam tak berdasar
aku pun berusaha menjadi kipas
coba menghembus-tiupkan angin keteguhan
ke dalam kelam murungmu
tapi tak ada ruang tersisa di hatimu
habis direbut derita dan banjir air mata
ahirnya aku menjadi pendosa
yang meratap tak puas-puas
aku juga menjadi pendoa
tak henti meminta-minta:
kembalikan keindahan cinta
yang menghilang
dalam lima kelok tikungan(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar