Hari ini mendung. Awan hitam menggantung di ufuk Timur. Matahari siang kehilangan garangnya.
Dalam hatiku awan bergumpal lebih kelam. Tak ada ceria, tak pula keindahan. Hanya murung dan rasa lelah. IRasanya penghuni biduk makin tak seiring jalan. Banyak hal sepela melukai hati.
Musim pancaroba seperti ini keadaan begitu gampang berganti. Pagi hujan, siang terik, sorenya kembali mendung. Hari ini panas, besok bisa saja hujan gede-gedean.
Kehidupan rumah tangga adalah masa pancaroba selamanya. Kini bahagia, besok bisa saja kecewa. Hari ini tertawan bahagia, besok saling lempar kata-kata menyakitkan. Pagi gundah, sorenya bisa jadi lega.
Di masa pancaroba penyakit amat gampang menyapa: flu, pilek, demam, batuk. Kadang bahkan demam berdarah. Kita harus selalu waspada, menjaga kondisi badan dan memperhatian kesehatan lingkungan.
Dalam masa pancaroba rumah tangga yang harus disiapkan adalah hati yang lebih lapang, yang lebih pemaaf, lebih mau menerima kehendak orang, lebih mau menjadi pihak terkalahkan.
Ketika cuaca tak begitu gampang diterka, kadang kita malas bepergian. Tak enak kecegat hujan di tengah kemacetan. Lebih baik di rumah bercengkrama dengan anak-anak. Ketika hubungan suami istri sedang korslet, hati juga jadi serba malas. Maunya tidur atau mencari pelampiasan lain.
Tapi ah, masa ada si kembarku. Keduanya butuh perhatian. Keduanya butuh stimulus kegembiraan untuk mendongkrak kepribadian.
Jadi aku harus kuat. Lupakan kekecewaan yang kian hari kian menumpuk. Pusatkan perhatian pada anak2, yang lain peduli setan.
Jadi Nak, mari bergembira bersama ayah. Menyanyi, melompat, berteriak-teriak, tertawa, dan menangis bersama. Ayo, nak.........!(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar