Sepak bola Indonesia kembali gagal. Pasukan Merah-Putih kali ini takluk dari tuan rumah Burma 2-1 dalam babak final Grand Royal Challenge 2008 di Thuwanna Youth Training Centre Stadium, Yangon, Burma, hari ini.
Kegagalan seperti ini bukanlah hal baru. Kita bahkan sudah terlalu lama, hingga kita semua lupa, bagaimana rasanya melihat Indonesia menjadi juara. Di level Asia Tenggara pun kita kini hanya menjadi tim kelas dua.
Hari ini, rekan wartawan yang biasa meliput berita PSSI kembali ke kantor dengan berkaok-kaok kecewa. "Bendol Payah, harusnya dipecat saja," katanya. Bendol adalah Benny Dolo, pelatih yang kini membesut tim Indonesia.
Ini adalah kali kedua Bendol menangani tim Indonesia, setelah sebelumnya sempat didepak karena dianggap gagal di ajang SEA Games. Kali ini dia diplot untuk membawa Indonesia di ajang Piala AFF yang bulan depan akan bergulir. Jadi ajang di Burma yang baru berakhir itu hanyalah ajang pemanasan saja.
Jadi tepatkah dia dipecat setelah gagal di Burma? Saya kurang sependapat.Pengelaman berbagai negara menunjukkan: pelatih yang sukses mempersembahkan prestasi biasa mengawali dari kegagalan. Lihatlah Luis Aragones yang terus dicaci publik setempat sebelum berhasil mempersebahkan gelar juara Euro 2008.
Bendol mungkin harus diberi kepercayaan dan keleluasan lebih besar. Oke deh, kegagalan di Burma memang harus jadi catatan buat dia. PSSI pun harus memanggil dan berdiskusi panjang lebar soal kegagalan ini untuk merancang langkah bersama ke depan.
Saya, terus terang, termasuk yang sudah bosan melihat pelatih tim nasional terus bergonta-ganti, baik asing maupun lokal, tapi prestasi yang diraih ya sami mawon. Lagi pula pelatih baru nanti bisa memberi keajaiban apa, bila materi yang ada ya tetap yang itu-itu saja.
Bendol bagi saya merupakan salah satu pelatih pilihan di dalam negeri. Dia punya keberanian, termasuk dalam memanggil pemain-pemain yang sebelumnya kurang mendapat perhatian. Meski bertemperamen keras, tapi dia kerap mampu mebangkitkan potensi-potensi dari para pemain baru itu.
Langkah yang bijak ditempuh saat ini bagi saya adalah mempertahakan Bendol sambil berusaha menata sistem. Bila ingin ada perubahan maka level pemain muda kitalah yang harus jadi garapan. Mengirim Tim U-17 unruk berkompetisi di Uruguay merupakan salah satu pilihan bagus. Langkah lain yang mungkin adalah menyewa pelatih bagus khusus untuk menggembleng para pemain muda di dalam negeri.
Jadi bila dari tim nasional senior saat ini kita bisa tak bisa berharap banyak, maka dari penerusnyalah kita bisa menanti peningkatan. Keajaiban tak akan datang pada kita, kecuali dengan usaha keras. Dan itu butuh waktu lama, tentunya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar