
Ini film yang berbeda. Tentang terorisme, tapi dari sudut pandang berbeda. Bila anda kerap kecewa, sebal, atau geregetan dengan sudut pandang Hollywood tentang terorisme, fim Traitor ini menjanjikan sesuatu yang lain.
Ada sisi Islam yang lain yang disajikan dalam film garapan Jeffrey Nachmanoff ini. Itulah sisi Samir Horn (Don Cheadle), warga Amerika keturunan Sudan, mantan tentara Amerika yang jadi intel partikerlir, juga seorang penganut Islam yang teguh.
Dari diri Samir film itu menyajikan sudut pandang Islam yang lain. Bila para teroris --yang berrencana meledakkan 40 bis sarat penumpang di Amerika-- berani menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya, maka Samir adalah sosok muslim sebaliknya.
Dia justru menyungkur dalam sesal saat bom buatannya yang meledak di Keduataan AS di Nice, betul-betul merenggut para pegawai yang tak berdosa. Padahal sebelumnya dia dan bosnya --kontraktor intelejen AS-- sudah mengatur agar korban itu hanyalah di atas kertas saja untuk memuluskan jalan penyusupan ke tubuh teroris. "Karena menurut Al Qur'an membunuh satu orang tak berdosa sama dengan membunuh seluruh umat manusia," kata Samir.
Upaya penyusupan Samir untuk mengendus bos teroris serta kejaran gigih dari Roy Clayton (Guy Pearce) mampu menyajikan ketegangan yang terus memuncak hingga akhir film. Cukup menarik untuk memaku kita di tempat duduk.
Film ini tak istimewa, tapi lumayan lah. Runtut dan masuk akal. Meskipun bila ditelaah masih banyak lubang yang masih menganga. Masih banyak detail kecil yang hilang, misalnya soal latar belakang tindakan dan motivasi Samir menjadi intel. Uangkah? Idealisme kah? Tak jelas. Buktinya di ujung film Clayton menyebutnya sang pahlawan dan menawari dia kerjaan resmi, dia menolak. Bahkan ketika sang agen menyitir ayat suci: Bila anda menyelamatkan satu orang tak berdosa sama dengan menyelamatkan umat manusia.
Lepas dari kekurangannya, film ini pun sudah berani menyanjikan sudut pandang lain tentang dunia Islam.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar