23 November 2008

Terpesona FBT Thailand

Terpesona Sang Primadona

"Jangan lupa oleh-oleh FBT." Seorang kawan di kantor berpesan sambil melontarkan senyum sebelum saya bertolak ke Thailand. Setelah beberapa kali meliput SEA Games, dia tampaknya sudah kepincut oleh produk asli Thailand itu. "Kualitasnya bagus dan harganya murah," katanya.

FBT --singkatan dari football Thailand-- sudah menjadi ikon olah raga Thailand. Perusahaan asli negeri Gajah putih itu, yang memproduksi pakaian dan alat-alat olah raga serta berbagai cendera mata, bahkan terus mengepakkan pengaruhnya ke luar Thailand. Mereka menjadi langganan sponsor utama dalam berbagai kejuaraan olahraga di Asia Tenggara dan Asia.

Dan pada ajang seperti SEA Games dominasi mereka bahkan melebihi produk yang merknya sudah mendunia seperti Nike dan Adidas. Lihat saja dalam SEA Games kali ini. FBT adalah salah satu sponsor utama. Urusan pakaian dan pernak-pernik cendera mata menjadi hak eksklusif mereka. Dengan tak adanya saingan, sudah tentu FBT mengeruk untung habis-habisan. Tiap hari produk mereka terus menjadi buruan para pembeli. Hal itu tampak baik di beberapa mall di kota Nakhon Ratchasima serta di arena bazaar di berbagai tempat pertandingan.

Tapi FBT memang meraih semua itu dengan usaha keras dan panjang. Perusahaan ini betul-betul tumbuh dari bawah. Adalah Kamol Chokephaibulkit yang merintisnya pada 1952. Dia memulai dari sebuah toko kecil di Latkrabang dengan menwarkan jasa untuk membuat dan merevarasi bola sepak. Saat itu dia hanya memiliki tiga pegawai saja.

Dengan ketekunan dan komitmen untuk menjaga kualitas, usaha Kamol terus menggeliat. Hanya 11 tahun setelah berdiri, pada 1963, Kamol pun berkesempatan bertemu Raja Bhumibol Adulyadej dan memamerkan bola sepak dan rugbi produk perusahaannya dalam acara Thai Product Fair di Saranom Palace. Tiga tahun kemudian produk FBT menjadi salah satu sponsor Asian Games V yang digelar di Bangkok.

Pada 1972 --setelah 20 tahun berjuang-- Kamol pun mampu membangun pabrik pertamanya yang mepekerjakan 30 pegawai. Kini pabrik itu berkapasitas 6 ribu pakaian per hari. Setelah mendapat pengakuan FIFA pada 1978 FBT pun makin leluasa menjejakkan kaki.

Kini FBT sudah kian meraksasa. Mereka sudah memiliki pabrik kedua yang mempekerjakan 2 ribu orang dan bisa memproduksi bola hingga 15 ribu per hari. Mereka juga sudah memiliki gedung megah yang disebut "one-stop sports shopping centre", terletak di Bangkok itu didirikan pada 1995.

Menyimak jejak Kamol dan FBT-nya, ingatan saya pun terbetot ke tanah air. Kenapa kita tak bisa memunculkan orang seulet dia? Saya ingat betul pada 2006 lalu ramai diberitakan soal bola sepak produk Majalengka, Jawa Barat, yang berhasil menembus Piala Dunia.

Jadi kalau ngomong soal kualitas kita pasti tak kalah. Tapi, ini yang ironisnya, kita tak melihat satu pun perusahaan lokal mampu besaing di pasaran produk olah raga. Pangsa pasar yang gurih itu masih didominasi oleh produk asing, yang sebenarnya dibuat di tanah air lalu dipasangi merk dari luar negeri. Ah, mungkin itu semua salah kita juga, yang masih kerap terlalu gandrung pada merk asing.

Thailand, 11 Des 2007

Tidak ada komentar: