pada muka cermin buram
kulihat kita
bergumul dalam napas menderu
berpacu, tak putus-putus
kulihat juga senyum tulus
ketika bibirku menyentuh keningmu
:hati-hati di jalan, aku selalu menunggumu
tapi ah, mana setiamu itu?
kau kini pergi
ke negeri misteri
tanpa pamit, tanpa ajak
pada cermin buram
masih kulihat jelas kamu
dari balik hujan air mata
yang mengaburkan pandangan
utuh, seluruh
ah.........(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar