dik,
kasihanilah rumah kita
dinding kusam, lelangit penuh jejak air
ia hilang pesona
rindui ceria
semenjak kau berujar pelan
: bagaimana kalau kita pindah saja?
dik,
kasihanialah rumah kita
ia mungil
disemen keringat, ditopang puasa
ingatkah kau
di terasnya kita pernah menyulam mimpi
di dapurnya kita sempat kobarkan harap
di kamarnya kita menjadi tak berjarak
ini rumah kita, buku selaksa cerita
dik,
kasihanilah rumah kita
tempat baru juga belum tentu
manusia memang memanggul kodrat
ada yang tulus, hati selembut beludru
ada yang iri, selalu menebar benci
mari kita berkompromi
buat sekat, di hati
tempatkan yang manis di ruang depan
ke ruang paling ujung
kita silakan mereka, para tetangga yang menyebalkan
dik,
kasihanilah rumah kita
ia rindu tawa, kehangatan, dan rencana
senyumlah dik,
lupakan mereka
para munafik sialan(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar