Karya serupa anak: berjiwa, memiliki nasibnya sendiri. Hadir dari sebuah proses, kadang panjang kerap pendek, ia tertuang dalam sebuah bingkai waktu. Ia tersimpan rapi atau mungkin tergeletak terbungkus lupa. Ketika kelak melihatnya lagi kita pun dibuat terheran-heran: betulkan aku melahirkannya?
Karya tak ada yang gagal. Yang terburuk pun akan mengandung banyak hal: inspirasi yang bisa digali lagi, potret yang menyimpan kenangan, atau sebuah titik dalam proses belajar melangkah belajar menjadi lebih baik.
Karya adalah buah dari perjuangan. Kita berkeringat, malawan malas, dan kerap berkali-kali gagal mewujudkannya. Ketika ia akhirnya menjelma, kita pun merasa puas meski hanya sesaat. Sesaat saja karena kemudian sering kali kita menemukan lubang yang menganga dan ingin segera menambalnya. Karena itu karya kerap jadi perjuangan tanpa ujung.
Karya adalah penanda. Karenanya seorang akan diingat. Karenanya seseorang akan dihargai. Jadi bila belum juga punya karya hari ini: menangislah lalu bergebas meneguhkan hati untuk memulai.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar