pada jendela
yang menyelundupkan
sinar keemasan pagi hari
suara bocah bersiap sekolah
dan seru seruan penjaja roti
kubisikan sebait resah
: ini hari akankah berbeda?
pagi terus berganti, datang pergi
kaki masih saja terpatri, di sini
tak beranjak barang setindak
harapan, impian
kian nyata terkuburkan
bernisankan hampa dan patah harapan
lembar almanak terus tersobek
kian melebarkan luka nyeri bernanah
pada kaca jendela itu
masih tampak nyata
saat kau pergi dengan sebuntal cinta
tinggalkanku sendiri
mati, berkali-kali(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar