02 Februari 2009

Memandang Hujan di Teras

hujan melantunkan sajak
hatiku merapalkan takjub
senyum mu itu, ah...
indah terukir malu-malu
kala gigil tubuhmu sigap kudekap
di teras dingin itu
tak ada kata
hanya senandung cinta
yang lantang menggema di relung hati kita
bayangan itu, ah...
alangkah manis terasa
bahkan kini setelah lewat 120 purnama
karna senyum kecilmu itu
kini jadi seringai sinis dan kata berbelati
waktu telah mengubah kita
dan mengubur senandang asmara itu
entah diman(*)

Tidak ada komentar: