meureun moal aya katumbiri
ukur hujan nu malidkeun cimata
na tungtung poe
basa urang teteg: ngelengkah jalan sewang-sewangan
asih urang kungsi nyanding
na taman penuh warna endah
hanjakal teu lana
laas ditincak waktu
nu kawasa misahkeun urang
nu beuki peuteukeuh
na ego masing-masing(*)
31 Maret 2009
Angan Sepanjang Jalan
diayun lamunan sepanjang jalan
saat menyelinap di tengah kemacetan
beranekarupa:
umumnya perihal hidup
yang lebih indah
lebih berjaya
lebih bergaya
di dalamnya kubisa bersaling rupa
jadi segala
pahlawan perkasa
pecinta romantis
pembunus sadis
penganut yang tawadlu
jarak terbentang tak terasa sudah
habis disesaki angan
indah membuai tapi segera saja usai
ketika tujuan tlah sampai
lalu aku pun kembali
menjadi asli: serba kurang, serba keluh(*)
saat menyelinap di tengah kemacetan
beranekarupa:
umumnya perihal hidup
yang lebih indah
lebih berjaya
lebih bergaya
di dalamnya kubisa bersaling rupa
jadi segala
pahlawan perkasa
pecinta romantis
pembunus sadis
penganut yang tawadlu
jarak terbentang tak terasa sudah
habis disesaki angan
indah membuai tapi segera saja usai
ketika tujuan tlah sampai
lalu aku pun kembali
menjadi asli: serba kurang, serba keluh(*)
30 Maret 2009
Dunia Apa
tangis tangis tak lagi tularkan kesedihan
tawa tak sodorkan ceria
bahkan maut, semata deretan angka
layar kaca, uhhh...
terus saja ia mengulang-ulang semua
setiap menit, sepanjang detik
membuat hati bebal
bikin nurani kebal
atau bosan
kita pun sentosa
menyimak tayangan bencana
di tengah suap suap nikmat
kita bahkan sempat tertawa
karena dengar celetukan sesiapa
saat jenazah terus diangkut
dari reruntuhan nestapa itu
ah, dunia apakah ini?(*)
tawa tak sodorkan ceria
bahkan maut, semata deretan angka
layar kaca, uhhh...
terus saja ia mengulang-ulang semua
setiap menit, sepanjang detik
membuat hati bebal
bikin nurani kebal
atau bosan
kita pun sentosa
menyimak tayangan bencana
di tengah suap suap nikmat
kita bahkan sempat tertawa
karena dengar celetukan sesiapa
saat jenazah terus diangkut
dari reruntuhan nestapa itu
ah, dunia apakah ini?(*)
Kutanam Benih
ku tanam setiap saat
benih-benih itu:
baik dan buruk bercampur aduk
aku pun pulas,
mimpi semua akan berujung sempurna
tapi datanglah hari itu
saat semua kelabu
biji buruk berkecambah
menjelma pepohonan raksasa
menelan semua sinar harapan
aku lantas mengeluh
salahkah sesiapa
lupa sudah persemaian dulu(*)
benih-benih itu:
baik dan buruk bercampur aduk
aku pun pulas,
mimpi semua akan berujung sempurna
tapi datanglah hari itu
saat semua kelabu
biji buruk berkecambah
menjelma pepohonan raksasa
menelan semua sinar harapan
aku lantas mengeluh
salahkah sesiapa
lupa sudah persemaian dulu(*)
29 Maret 2009
Tragedi Gintung
cai nu rohaka
subuh subuh ngebadehkeun cimata
basa bendungan rungkad
nyebarkeun sasalad
gintung
saha nu ngabade
situ asri, taman tumaninah
tanpa ilapat
ngirimkeun caah rongkah
ngipuk kapeurih
cimata getih
meureun pepeling
supaya urang tetep eling
hirup teh bisa gancang anggeusan
boa sukan boa iraha(*)
subuh subuh ngebadehkeun cimata
basa bendungan rungkad
nyebarkeun sasalad
gintung
saha nu ngabade
situ asri, taman tumaninah
tanpa ilapat
ngirimkeun caah rongkah
ngipuk kapeurih
cimata getih
meureun pepeling
supaya urang tetep eling
hirup teh bisa gancang anggeusan
boa sukan boa iraha(*)
Yang Terhanyut Bandang Situ Gintung
pagi buta yang mendadak bah
membuat dada terengah-engah sesak
air keruh air lumpur
berlomba menyerbu paru paru
gulita semesta, gelap semata mata
jerit dan keluh
bersahutan berpindah pindah
seperti ikuti arus ganas dan cepat
o, apakah ini?
mengapa tiada pertanda yang tiba
semalam saat kami ceria di meja makan
saling melempar banyolan
dan berkali-kali bersulang untuk keberhasilan
o, apakah ini?
lumpuh segenap indraku
gapai gapai yang percuma
teriakan yang tak bersuara
nyeri jalari sekujur kulit
mautkah? atau kimat?
hitam, semua menjadi hitam(*)
membuat dada terengah-engah sesak
air keruh air lumpur
berlomba menyerbu paru paru
gulita semesta, gelap semata mata
jerit dan keluh
bersahutan berpindah pindah
seperti ikuti arus ganas dan cepat
o, apakah ini?
mengapa tiada pertanda yang tiba
semalam saat kami ceria di meja makan
saling melempar banyolan
dan berkali-kali bersulang untuk keberhasilan
o, apakah ini?
lumpuh segenap indraku
gapai gapai yang percuma
teriakan yang tak bersuara
nyeri jalari sekujur kulit
mautkah? atau kimat?
hitam, semua menjadi hitam(*)
Gintung
berita dari lembah
datang pagi buta
tiba-tiba bah
tiba-tiba darah
tiba-tiba tiada
tiba-tiba duka
tiba-tiba luka
tiba-tiba
gintung
gintung
situ sentosa dalam angan angan
situ nestapa dalam pandangan
dinding yang runtuh
mengirim kan air mata
membanjir
iringi tubuh tubuh luka
darah darah leleh
nyawa nyawa terbang
hati hati ngungun
gintung
gintung
alangkah singkatnya kehidupan
alangkah tak terduganya(*)
datang pagi buta
tiba-tiba bah
tiba-tiba darah
tiba-tiba tiada
tiba-tiba duka
tiba-tiba luka
tiba-tiba
gintung
gintung
situ sentosa dalam angan angan
situ nestapa dalam pandangan
dinding yang runtuh
mengirim kan air mata
membanjir
iringi tubuh tubuh luka
darah darah leleh
nyawa nyawa terbang
hati hati ngungun
gintung
gintung
alangkah singkatnya kehidupan
alangkah tak terduganya(*)
Boa
meureun hate nu kingkin ku kasimpe
boa angen-angen nu terus dirobeda panasaran
ngabeungkeut carita urang: lugay di senayan
dina amparan jukut hejo, dina iuh-iuh tatangkalan sisi jalan
aya rasa nu sirungan
kasiraman mindengna paduduan
kagemukan leukeunna silih udar kahanjakal
tapi kapan jalan teh tarahal
bongan rasa urang tumuwuh di tempat terlarang
kuring geus aya nu boga, anjeun oge sarua
ah....(*)
boa angen-angen nu terus dirobeda panasaran
ngabeungkeut carita urang: lugay di senayan
dina amparan jukut hejo, dina iuh-iuh tatangkalan sisi jalan
aya rasa nu sirungan
kasiraman mindengna paduduan
kagemukan leukeunna silih udar kahanjakal
tapi kapan jalan teh tarahal
bongan rasa urang tumuwuh di tempat terlarang
kuring geus aya nu boga, anjeun oge sarua
ah....(*)
24 Maret 2009
Ah..
mungkin cinta hanya sepercik racun
menodai hati hingga terus sibuk berkelahi
melawan ego yang terluka
lihatlah malam ini
tergolek sendiri aku
berguling ke kanan-kiri
resah itu membuat mata nyalang
tadi sore kau memilih pergi tanpa permisi
aku terlalu mengekangmu? ah...(*)
menodai hati hingga terus sibuk berkelahi
melawan ego yang terluka
lihatlah malam ini
tergolek sendiri aku
berguling ke kanan-kiri
resah itu membuat mata nyalang
tadi sore kau memilih pergi tanpa permisi
aku terlalu mengekangmu? ah...(*)
Aku dan Si Kembarku
kalianlah rembulan dan mentari yang terus terangi hatiku an jadikanku sempurna: di pagi yang hangat saat kalian merengek rengek minta dimanja, pada siang yang riang kalian menarik-narik minta permainan peran itu terus diulang ulang, saat sore ketika begitu banyak yang kalian mau, atau kala malam saat bangunmu berhias tangis dan pipis.
kalian mulai mewujud watak yang mencemaskan: berlomba membesarkan ego, berkeras tak mau dibujuk bujuk, atau terus ucapkan kata kata buruk. Tapi aku tetap sayang kalian sepenuh penuhnya. dan akan tetap begitu bahkan bila kalian menjadi lebih buruk lagi.
aku kerap ingin menjelma payung, atau rumah, yang selalu lindungi kalian dari panas dingin dan terpaan segala buruk. aku bahkan tak peduli disebut terlalu protektif. aku siap menjadi buruk dan dicela sesiapa asal yakin telah memberi kebaikan utama buat kalian.
aku tak sempurna dan tak mampu memberi yang sempurna. kadang bahkan gundah bersimaharaja manakala kulukis masa depan kita di dalam angan. tapi aku akan selalu berusaha sebisa bisa. dan gulana itu justru akan memahatku menjadi karang yang kian teguh menghadapi terpa gelombang yang tak sudah sudah.
aku hanyalah seorang ayah yang tak tahu apa jadinya tanpa kalian.(*)
kalian mulai mewujud watak yang mencemaskan: berlomba membesarkan ego, berkeras tak mau dibujuk bujuk, atau terus ucapkan kata kata buruk. Tapi aku tetap sayang kalian sepenuh penuhnya. dan akan tetap begitu bahkan bila kalian menjadi lebih buruk lagi.
aku kerap ingin menjelma payung, atau rumah, yang selalu lindungi kalian dari panas dingin dan terpaan segala buruk. aku bahkan tak peduli disebut terlalu protektif. aku siap menjadi buruk dan dicela sesiapa asal yakin telah memberi kebaikan utama buat kalian.
aku tak sempurna dan tak mampu memberi yang sempurna. kadang bahkan gundah bersimaharaja manakala kulukis masa depan kita di dalam angan. tapi aku akan selalu berusaha sebisa bisa. dan gulana itu justru akan memahatku menjadi karang yang kian teguh menghadapi terpa gelombang yang tak sudah sudah.
aku hanyalah seorang ayah yang tak tahu apa jadinya tanpa kalian.(*)
23 Maret 2009
Buat Putri Kembarku
aku pun menjadi bocah
bersorak riang di pagi yang rintik dan sore yang bersahbat
rayuan kalian membuatku terbujuk
melupakan usia:
bermain kemah kemahan
jadi nelayan yang tak lelah berburu ikan
petani yang berseri memanen jagung yang sangat kalian gemari
atau jadi pendongeng bijak yang tahu segala jawaban atas tanya tak berkesudahan
kalian kuasa membuat hatiku menjelma salju
lembut tanpa rasa murka
selalu setia membujuk bujuk meski serasa sudah ingin marah-membentak
tak jua lelah mencari jalan membuat kalian tertawa
agar pasrah saat diarah
aku pun menjadi sempurna
penuh bahagia
saat menyusri waktu
bersama kalian: putri kembarku!(*)
bersorak riang di pagi yang rintik dan sore yang bersahbat
rayuan kalian membuatku terbujuk
melupakan usia:
bermain kemah kemahan
jadi nelayan yang tak lelah berburu ikan
petani yang berseri memanen jagung yang sangat kalian gemari
atau jadi pendongeng bijak yang tahu segala jawaban atas tanya tak berkesudahan
kalian kuasa membuat hatiku menjelma salju
lembut tanpa rasa murka
selalu setia membujuk bujuk meski serasa sudah ingin marah-membentak
tak jua lelah mencari jalan membuat kalian tertawa
agar pasrah saat diarah
aku pun menjadi sempurna
penuh bahagia
saat menyusri waktu
bersama kalian: putri kembarku!(*)
Prasangka Yang Selalu Mengganggu Karena Bayangmu yang Terus Erat mengikuti Langkahku
akulah pengelana yang tak lelah menjengkali-mendepai jalanan berdebu bermandi asap kenalpot di pagi dan sore hari saat sejuk dan suntuk terus mengharu biru dan lidah kelu kehabisan kata untuk mengusir bayangan indah yang terus melintas-lintas
kaulah itu yang melenggang menggoda melambai mengundang dari jauh meniup-niupkan rindu pada hati yang terus diguris resah oleh beribu masalah yang tak juga terusir basah hujan dan lantunan ayat ayat tuhan
kaulah itu keindahan kedamaian yang sentosa selalu lekat dalam ingatana mengikuti kemana ku pergi memeluk erat rasa menimbulkan syak wasangka tentang hidupku kini bila tetap menancapkan kaki di tanahmu yang tak subur juga
bayangan yang berpedaran kadang indah kadang tidak tapi tetap menyimpan seribu misteri yang selalu menghadirkan gelisah: bila aku tetap di pelukanmu akankah lebih sentosa?(*)
kaulah itu yang melenggang menggoda melambai mengundang dari jauh meniup-niupkan rindu pada hati yang terus diguris resah oleh beribu masalah yang tak juga terusir basah hujan dan lantunan ayat ayat tuhan
kaulah itu keindahan kedamaian yang sentosa selalu lekat dalam ingatana mengikuti kemana ku pergi memeluk erat rasa menimbulkan syak wasangka tentang hidupku kini bila tetap menancapkan kaki di tanahmu yang tak subur juga
bayangan yang berpedaran kadang indah kadang tidak tapi tetap menyimpan seribu misteri yang selalu menghadirkan gelisah: bila aku tetap di pelukanmu akankah lebih sentosa?(*)
Dangding Katineung (revisi)
Keur: L
asa hayang nganggit dangding
keur salira duka dimana
seja mipit katineung
tina buruan sakola, rohangan kelas,
jeung sisi walungan tenang herang
tapak tapak urang baheula
harita urang cangcaya
naha cinta atawa era
mun dipoyok jebul nyeuneu
meureun pedah bau jaringao
mindeng inget, tapi milih malipir
inggis jonghok sieun bingung
basa umur nambahan
ngaran anjeun jadi hariring
salawasna ngageterkeun dada
tiap disebut: samar polah, samar rampa
waktu jeung ruang
akhirna nyontang duriat urang
tapi teu rek baha
kiwari masih kaipuk harepan
hayang bisa tepang sono
urang jonghok:
ngadadar endah panineungan
ngagulkeun bati sewang sewangan
anjeun tilu budak, kuring geus dua(*)
asa hayang nganggit dangding
keur salira duka dimana
seja mipit katineung
tina buruan sakola, rohangan kelas,
jeung sisi walungan tenang herang
tapak tapak urang baheula
harita urang cangcaya
naha cinta atawa era
mun dipoyok jebul nyeuneu
meureun pedah bau jaringao
mindeng inget, tapi milih malipir
inggis jonghok sieun bingung
basa umur nambahan
ngaran anjeun jadi hariring
salawasna ngageterkeun dada
tiap disebut: samar polah, samar rampa
waktu jeung ruang
akhirna nyontang duriat urang
tapi teu rek baha
kiwari masih kaipuk harepan
hayang bisa tepang sono
urang jonghok:
ngadadar endah panineungan
ngagulkeun bati sewang sewangan
anjeun tilu budak, kuring geus dua(*)
22 Maret 2009
Buat Si Kembar
pada bus pengap
yang meruap ruapkan
segala bau mengusik hidung
aku justru sempurna
menjemput keindahan dari dalam ingatan
hari-hari indah penuh tertawa
aku menggoda, kalian menjerit manja
aku cerita, kalian terpesona
aku bahagia, kalian sentosa
setiap pagi, setiap hari
kita berbagi segala
di sini,
pada siang suntuk berdesakdesakan
saat mobil tua merambati panas terik
aku kian merasa
betapa sempurna hari
bila kalian di sisiku
ah, permata kembarku!(*)
yang meruap ruapkan
segala bau mengusik hidung
aku justru sempurna
menjemput keindahan dari dalam ingatan
hari-hari indah penuh tertawa
aku menggoda, kalian menjerit manja
aku cerita, kalian terpesona
aku bahagia, kalian sentosa
setiap pagi, setiap hari
kita berbagi segala
di sini,
pada siang suntuk berdesakdesakan
saat mobil tua merambati panas terik
aku kian merasa
betapa sempurna hari
bila kalian di sisiku
ah, permata kembarku!(*)
Akulah Itu
mungkin akulah dinding
batu menjulang di lembah luas
selalu memeluk sunyi
kecuali ada suara suara
datang mengetuk
maka kugaungkan dengan serba lebih
mungkin aku adalah gong
terdiam di sudut
atau termangu mangu menjadi penonton
saat ditabuh
barulah gema itu
mengatasi segala
mungkin akulah muka danau itu
tenang dalam keruh atau biru
baru bergelombang
saat diusik lemparan-ceburan
mungkin aku semua itu
dan harus lebih seksama
menyerap segala
lalu menirukannya sebisa bisa(*)
batu menjulang di lembah luas
selalu memeluk sunyi
kecuali ada suara suara
datang mengetuk
maka kugaungkan dengan serba lebih
mungkin aku adalah gong
terdiam di sudut
atau termangu mangu menjadi penonton
saat ditabuh
barulah gema itu
mengatasi segala
mungkin akulah muka danau itu
tenang dalam keruh atau biru
baru bergelombang
saat diusik lemparan-ceburan
mungkin aku semua itu
dan harus lebih seksama
menyerap segala
lalu menirukannya sebisa bisa(*)
Puisi Tak jadi
keberanian itu kuncup
segera setelah hari beranjak
puisi puisi itu terus mengalir
mewarna dunia:
dengan indah, gundah, pedih, dan tawa
juga teriak dan bisikan
sedang aku masih melapalnya
dalam hati
pelan, nyaris bisikan
ada ketakutan yang bolak balik datang
menahan tarian tangan di atas hurup hurup
menginjak keyakinan yang kian kuncup
kadang pula angan angan
menarikan dendang indah dalam kesendirian
di sana semua bahagia, semua sempurna
tapi ia lantas sirna
begitu mata terbuka
dunia nyata sungguh berbeda
ah, aku ini
hanyalah puisi
yang tak pernah jadi(*)
segera setelah hari beranjak
puisi puisi itu terus mengalir
mewarna dunia:
dengan indah, gundah, pedih, dan tawa
juga teriak dan bisikan
sedang aku masih melapalnya
dalam hati
pelan, nyaris bisikan
ada ketakutan yang bolak balik datang
menahan tarian tangan di atas hurup hurup
menginjak keyakinan yang kian kuncup
kadang pula angan angan
menarikan dendang indah dalam kesendirian
di sana semua bahagia, semua sempurna
tapi ia lantas sirna
begitu mata terbuka
dunia nyata sungguh berbeda
ah, aku ini
hanyalah puisi
yang tak pernah jadi(*)
Antara Parigi-Tasik
pameunteu bulan
sorot soca talaga
basa imut
embreh taman endah warna warni
basajan, andalemi
tarapti, teu antipati
beubeulahan ati nu lila disungsi
nembrak na korsi gigireun
tapi di terminal
ukur silih bales lieuk
kapan hate kuring
geus manten
boga carita lian(*)
sorot soca talaga
basa imut
embreh taman endah warna warni
basajan, andalemi
tarapti, teu antipati
beubeulahan ati nu lila disungsi
nembrak na korsi gigireun
tapi di terminal
ukur silih bales lieuk
kapan hate kuring
geus manten
boga carita lian(*)
Dari Film Dooms Day
misteri deras berkeliaran
lewat celah celah pemahaman
saat nestapa dipagari
tembok tak tertembusi
ia menjelma kejutan:
wabah melentik di depan mata
dari balik tembok
sulur sulur tumbuh tak terduga:
yang divonis habis
menjelma peradaban kokoh
kita hanyalah manusia
lemah
berhasrat
tak pernah bisa kendalikan segala. (*)
lewat celah celah pemahaman
saat nestapa dipagari
tembok tak tertembusi
ia menjelma kejutan:
wabah melentik di depan mata
dari balik tembok
sulur sulur tumbuh tak terduga:
yang divonis habis
menjelma peradaban kokoh
kita hanyalah manusia
lemah
berhasrat
tak pernah bisa kendalikan segala. (*)
17 Maret 2009
Sore Usai Melayat
bertujuh diayun kantuk
melaju pesat membelah jalan sempit bekasi
berliuk-liuk terantuk-antuk
lalu tol dan obrolan
kian deras berpindah, bolak-balik
tentang kerja yang tak menekan
rumah yang didambakan
atau segala omong kosong lain
hujan pun turun deras
dengan matahari masih menyengat
"ada perawan hamil," kata kawan
"emang masih ada bunda maria," sergah teman wanita
lalu cerita beralih pada ruang ruang
jakarta yang harus disiasati
terlupa sudah
kawan yang baru ditinggalkan
hatinya gulana
ditinggal ibu yang sepuh(*)
melaju pesat membelah jalan sempit bekasi
berliuk-liuk terantuk-antuk
lalu tol dan obrolan
kian deras berpindah, bolak-balik
tentang kerja yang tak menekan
rumah yang didambakan
atau segala omong kosong lain
hujan pun turun deras
dengan matahari masih menyengat
"ada perawan hamil," kata kawan
"emang masih ada bunda maria," sergah teman wanita
lalu cerita beralih pada ruang ruang
jakarta yang harus disiasati
terlupa sudah
kawan yang baru ditinggalkan
hatinya gulana
ditinggal ibu yang sepuh(*)
Pamulang
bila kau datang ke sana
danau danau keruh akan menyambutmu
membisikkan nyanyian gundah
peradaban membuat mereka sekarat
akan kau sua pula mall besar
megah dan ramai
senotasa semata,
tak lagi sisakan cerita:
pembangunan yang terus tersendat
karena halaman yang merebut muka situ
entah mengendap di laci
birokrat mana kasusnya itu
inilah kisah kota pinggiran
yang sukses membangun pusatnya sendiri
jalanan ramai
penghuni cepat bertambah
rumah dan toko bertumbuhan
mungkin tifikal negeri ini:
semua berkembang tanpa arahan, tak peduli aturan
konsumsi ramai sekali di sini
penjaja menemukan surganya
anak anak temukan semua
yang diiklankan televisi
jika kau datang ke sana
hiruk pikuk akan menyambutmu
nikmati saja semua
karna esok pemandangannya belum tentu sama
kota ini bergerak secepat kilat(*)
danau danau keruh akan menyambutmu
membisikkan nyanyian gundah
peradaban membuat mereka sekarat
akan kau sua pula mall besar
megah dan ramai
senotasa semata,
tak lagi sisakan cerita:
pembangunan yang terus tersendat
karena halaman yang merebut muka situ
entah mengendap di laci
birokrat mana kasusnya itu
inilah kisah kota pinggiran
yang sukses membangun pusatnya sendiri
jalanan ramai
penghuni cepat bertambah
rumah dan toko bertumbuhan
mungkin tifikal negeri ini:
semua berkembang tanpa arahan, tak peduli aturan
konsumsi ramai sekali di sini
penjaja menemukan surganya
anak anak temukan semua
yang diiklankan televisi
jika kau datang ke sana
hiruk pikuk akan menyambutmu
nikmati saja semua
karna esok pemandangannya belum tentu sama
kota ini bergerak secepat kilat(*)
16 Maret 2009
Para Pengintip Masa Depan
bahagiakah para pengintip masa depan?
film doa yang mengancam menjawab: hanya penderitaan
buku samurai mengurai: berujung kegilaan atau kematian
masuk akal. ibarat menonton tv, seorang pengintip tidaklah bisa ikut serta. hanya merasa dari kejauhan: gembira atau berduka. tak bisa ia mengulur tangan untuk mengubah perutungan. tahu bahwa masa depan akan buruk, tak bisa berbuat apa apa untuk mengubahnya, akan membuat beban makin menumpuk. hidup menjadi semakin suntuk karena tahu derita sudah menanti di ujung.
dalam samurai, pengintip itu bahkan menjadi gila karena aliran gambar yang tak bisa dimengerti. ia menangkap masa depan yang terlalu jauh dan terasa tak mengakar. ia membantau segenap keluarga karena melihat duka menunggu mereka di depan sana. tapi buku itu juga bercerita tentang lelaki yang lain: gagah menjalani masa depan yang sudah terbaca. Buruk dan pahit dia kecap dengan hati tetap. ia pun menjemput kematian dengan anggun.
dalam film doa: idenya juga sama. gaya bercerita sudah lumayan maju dibandingkan sinetron. tapi terasa masih kasar dan di sana sini menghianati nalar. madrim sejatinya mungkin dikedepankan untuk mengolok diri sendiri: kita manusia yang ingin serba lebih. nyatanya kelebihan itu tidak membahagiakan dan madrim pun berharap kembali pada awal yang dia keluhkan sangat membuat ia tak kuat.
untuk apakah kita butuh pembaca nasib? hidup lebih berarti karena ia menyajikan misteri. kita giat menjalaninya karena tahu ada kemungkinan kita mendapat yang bagus di depan sana. kalau sejak awal kita tahu akan gagal: bukankah kita hanya akan memperpanjang derita saja.(*)
film doa yang mengancam menjawab: hanya penderitaan
buku samurai mengurai: berujung kegilaan atau kematian
masuk akal. ibarat menonton tv, seorang pengintip tidaklah bisa ikut serta. hanya merasa dari kejauhan: gembira atau berduka. tak bisa ia mengulur tangan untuk mengubah perutungan. tahu bahwa masa depan akan buruk, tak bisa berbuat apa apa untuk mengubahnya, akan membuat beban makin menumpuk. hidup menjadi semakin suntuk karena tahu derita sudah menanti di ujung.
dalam samurai, pengintip itu bahkan menjadi gila karena aliran gambar yang tak bisa dimengerti. ia menangkap masa depan yang terlalu jauh dan terasa tak mengakar. ia membantau segenap keluarga karena melihat duka menunggu mereka di depan sana. tapi buku itu juga bercerita tentang lelaki yang lain: gagah menjalani masa depan yang sudah terbaca. Buruk dan pahit dia kecap dengan hati tetap. ia pun menjemput kematian dengan anggun.
dalam film doa: idenya juga sama. gaya bercerita sudah lumayan maju dibandingkan sinetron. tapi terasa masih kasar dan di sana sini menghianati nalar. madrim sejatinya mungkin dikedepankan untuk mengolok diri sendiri: kita manusia yang ingin serba lebih. nyatanya kelebihan itu tidak membahagiakan dan madrim pun berharap kembali pada awal yang dia keluhkan sangat membuat ia tak kuat.
untuk apakah kita butuh pembaca nasib? hidup lebih berarti karena ia menyajikan misteri. kita giat menjalaninya karena tahu ada kemungkinan kita mendapat yang bagus di depan sana. kalau sejak awal kita tahu akan gagal: bukankah kita hanya akan memperpanjang derita saja.(*)
Kaya-Miskin
yang kaya makin perkasa
yang miskin kian papa
di pinggir kali dan gang semput
ada yang memendam tangis dan mengumbar keluh
ada pula yang tertawa
menghayati sisi bahagia tak punya sesuatu apa
"setidakya kita tak pernah khawatir kehilangan"
"kita juga lebih paham arti persahabatan dan kemanusiaan"
di gedung megah dan mobil mewah
sebuah hari diakhiri tekad: esok harus bisa meraih lebih
janji juga dikirimkan: mari bermain golf atau
cari permainan baru yang lebih menantang
agar enyah lelah yang tak pernah sudah
dan hati yang selamanya resah
pengusaha kecil tetap miskin
kurang modal dan tak pernah bersua keberuntungan
pengusaha besar kian tangguh
mengolah waktu meraup gunung
di antara keduanya
ada birokrat: menjadi kaya dengan menyunat uang rakyat(*)
yang miskin kian papa
di pinggir kali dan gang semput
ada yang memendam tangis dan mengumbar keluh
ada pula yang tertawa
menghayati sisi bahagia tak punya sesuatu apa
"setidakya kita tak pernah khawatir kehilangan"
"kita juga lebih paham arti persahabatan dan kemanusiaan"
di gedung megah dan mobil mewah
sebuah hari diakhiri tekad: esok harus bisa meraih lebih
janji juga dikirimkan: mari bermain golf atau
cari permainan baru yang lebih menantang
agar enyah lelah yang tak pernah sudah
dan hati yang selamanya resah
pengusaha kecil tetap miskin
kurang modal dan tak pernah bersua keberuntungan
pengusaha besar kian tangguh
mengolah waktu meraup gunung
di antara keduanya
ada birokrat: menjadi kaya dengan menyunat uang rakyat(*)
15 Maret 2009
Pencuri (dari Thick as Thieves)
semua terlahir untuk sesuatu
kau pun merasa begitu
takdir itu terus memanggilmu:
menjadi pencuri
cerdik, teliti, selicin oli
kebohongan nan berlapis lapis
tujuanmu hanya satu: kemenangan
semua semata alat
untuk mengantarmu sampai ke ujung
di layar itu kau jadi pemenang
tapi benarkah?
lalu kemana kisah sepi itu
yang memelukmu saat terus berlari
hingga mati(*)
kau pun merasa begitu
takdir itu terus memanggilmu:
menjadi pencuri
cerdik, teliti, selicin oli
kebohongan nan berlapis lapis
tujuanmu hanya satu: kemenangan
semua semata alat
untuk mengantarmu sampai ke ujung
di layar itu kau jadi pemenang
tapi benarkah?
lalu kemana kisah sepi itu
yang memelukmu saat terus berlari
hingga mati(*)
Kaasih Urang
pinuh warna
najan lain katumbiri
cinta urang
kakapeungan nambah-ngurangan
kabungah mindeng kacandet kuciwa
tapi kahanjelu
oge tara kateterusan
sakapeung kasedek ambek
sagala asa geus meh pungkasan
tapi basa pada sadrah
dunya asa moal bakal lekasan
lir momobilan ka pagunungan:
luak-leok, naek-turun
kaasih urang nandang tarahal kahirupan
beuki asak, beuki nambah, beuki endah(*)
najan lain katumbiri
cinta urang
kakapeungan nambah-ngurangan
kabungah mindeng kacandet kuciwa
tapi kahanjelu
oge tara kateterusan
sakapeung kasedek ambek
sagala asa geus meh pungkasan
tapi basa pada sadrah
dunya asa moal bakal lekasan
lir momobilan ka pagunungan:
luak-leok, naek-turun
kaasih urang nandang tarahal kahirupan
beuki asak, beuki nambah, beuki endah(*)
Sopir Angkot
wajah wajah es
bertebaran sepanjang jalan
tanpa riak menahan serbuan
pelototan, cacian, juga bentakan
wajah wajah tanpa harapan
mulutnya menyembur berapi
membakar semua di sekelilingnya
wajah wajah tanpa hati
tak malu, tak sungkan, tak peduli
kesulitankah yang merampas tatakrama mereka?
atau pembiaran(*)
bertebaran sepanjang jalan
tanpa riak menahan serbuan
pelototan, cacian, juga bentakan
wajah wajah tanpa harapan
mulutnya menyembur berapi
membakar semua di sekelilingnya
wajah wajah tanpa hati
tak malu, tak sungkan, tak peduli
kesulitankah yang merampas tatakrama mereka?
atau pembiaran(*)
Seorang Penjual Rokok Pada Istrinya
dik, usah minta banyak
mintalah satu yang paling berharga
milikku: cinta yang sederhana
jangan silau
harta berlimpah
hanya akan membuat
kian dahaga
tak bahagia
dan membawa cinta yang makin berjarak
mari kita nikmati cinta ini
tanpa terpalingkan oleh hal lain
yang memang tak kita miliki(*)
mintalah satu yang paling berharga
milikku: cinta yang sederhana
jangan silau
harta berlimpah
hanya akan membuat
kian dahaga
tak bahagia
dan membawa cinta yang makin berjarak
mari kita nikmati cinta ini
tanpa terpalingkan oleh hal lain
yang memang tak kita miliki(*)
13 Maret 2009
Aku di Tengah Manusia
ialah lelaki dengan pengeras suara di lehernya
menggelegar: pagi hingga senyap malam
tiada hati, tak bertenggang
kurasa ia serupa bata
penyusun tiang penyangga
bangunan megah bergelimang pelicin dan suap
semua enggan, bukan segan
ia, yang di depannya, justru sunyi
seperti mati
akrab bila disapa
tapi menjaga jarak dari segala
di tengah tengah ada satu lagi
dengan dunia di rumah dan entah dimana
tak pernah ada di gang itu
hanya bila pergi dan pulang kerja saja
dulu katanya ia sering bercengkrama di ujung gang hingga dinihari
di kanan ada sederhana
sepasang yang merindu buah hati
di depannya ada sepasang lain
selalu merindu yang didapat orang
aku di antara mereka
sendiri tanpa pijakan
memeluk sombong dan antipati(*)
menggelegar: pagi hingga senyap malam
tiada hati, tak bertenggang
kurasa ia serupa bata
penyusun tiang penyangga
bangunan megah bergelimang pelicin dan suap
semua enggan, bukan segan
ia, yang di depannya, justru sunyi
seperti mati
akrab bila disapa
tapi menjaga jarak dari segala
di tengah tengah ada satu lagi
dengan dunia di rumah dan entah dimana
tak pernah ada di gang itu
hanya bila pergi dan pulang kerja saja
dulu katanya ia sering bercengkrama di ujung gang hingga dinihari
di kanan ada sederhana
sepasang yang merindu buah hati
di depannya ada sepasang lain
selalu merindu yang didapat orang
aku di antara mereka
sendiri tanpa pijakan
memeluk sombong dan antipati(*)
11 Maret 2009
Kota yang Sepi
kota yang riuh terus susupkan sepi
ke dalam hati
yang ngangakan luka dan sesal
bunyian mesin, jerit manusia
menjelam simponi lirih
mengiring tetesan hujan
air mata di ladang tandus
gemerlap cahaya, pendar lampu
mengirimkan kabut
ke lereng perasaan: ngungun
ke setiap sudut mata mengarah
selalu muncul kelebatmu
tersenyum, lemparkan tatapan menuding
setajam belati
menggarmi luka dan sesal
bayangmu kian menajam
justru ketika waktu kian beranjak
seperti baru kemarin
kau memilih akhiri semua
di ujung kecewa menggunung
"silau dunia telah palingkanmu
dari cinta,"
tulismu dengan darah
dan air mata penghabisan(*)
ke dalam hati
yang ngangakan luka dan sesal
bunyian mesin, jerit manusia
menjelam simponi lirih
mengiring tetesan hujan
air mata di ladang tandus
gemerlap cahaya, pendar lampu
mengirimkan kabut
ke lereng perasaan: ngungun
ke setiap sudut mata mengarah
selalu muncul kelebatmu
tersenyum, lemparkan tatapan menuding
setajam belati
menggarmi luka dan sesal
bayangmu kian menajam
justru ketika waktu kian beranjak
seperti baru kemarin
kau memilih akhiri semua
di ujung kecewa menggunung
"silau dunia telah palingkanmu
dari cinta,"
tulismu dengan darah
dan air mata penghabisan(*)
Kalangkang Kota
kota teu kendat ngipuk kasimpe
na hate nu gudawang diturihan jahanjakal
sora sora patembalan
patariktarik: motor, mobil, haok jalma
jadi balati nurihkeun jepling
jeroeun ati: sepi mamring
lampu lampu hurung mancur ngusir pepedut
ngadon mondok jeroeun dada: baluweng
kamana suku ngalengkah
kalangkang anjeun terus narembongan
dina pasemon nganaha naha
beuki lila beuki atra
lir ngelipet waktu nu geus ngajawul jauh
ti saprak anjeun perlaya
na tungtung kuciwa
basa cinta kasilih serab dunya(*)
na hate nu gudawang diturihan jahanjakal
sora sora patembalan
patariktarik: motor, mobil, haok jalma
jadi balati nurihkeun jepling
jeroeun ati: sepi mamring
lampu lampu hurung mancur ngusir pepedut
ngadon mondok jeroeun dada: baluweng
kamana suku ngalengkah
kalangkang anjeun terus narembongan
dina pasemon nganaha naha
beuki lila beuki atra
lir ngelipet waktu nu geus ngajawul jauh
ti saprak anjeun perlaya
na tungtung kuciwa
basa cinta kasilih serab dunya(*)
Balik Deui ka Taman Eta
seungit kembang nyambuang
maledogkeun pikiran
ka mangsa katukang
girimis nu ipis
rancucud handapeun caringin
silih rames ramo
ngusir tiris nu nyaliara
harita kencan urang nu katilu
dua bulan saprak jonghok mimiti
ahirna jadi panungtungan
hubungan urang
: jungkrang lebar
hamo kalengkahan
urang beda jalan, lain kayakinan
omongan anjeun ngoncrang deui
basa suku ngalengkah
saparanparan ka sakuliah taman
anjeun nu tumetep na kayakinan
kiwari geus taya dikieuna
nyambut elmaut di jalan jihad(*)
maledogkeun pikiran
ka mangsa katukang
girimis nu ipis
rancucud handapeun caringin
silih rames ramo
ngusir tiris nu nyaliara
harita kencan urang nu katilu
dua bulan saprak jonghok mimiti
ahirna jadi panungtungan
hubungan urang
: jungkrang lebar
hamo kalengkahan
urang beda jalan, lain kayakinan
omongan anjeun ngoncrang deui
basa suku ngalengkah
saparanparan ka sakuliah taman
anjeun nu tumetep na kayakinan
kiwari geus taya dikieuna
nyambut elmaut di jalan jihad(*)
10 Maret 2009
Ciawi
ampir tasik
beus diganggayong pengkolan tanpa tungtung
luak-leok, nanjak-mudun
jandela jadi figura: lukisan sawarga
pikiran laluncatan
mapay galengan sawah hejo lendo
malipir gulidag kamalir
ngudag ngudag hariring nu nitih angin
gelik suling jentreng kacapi
tembang alam pasundan
sumeleket jeroeun dada
ampir tasik
angen angen heubeul kahudang deui:
boa bagja hirup di desa(*)
beus diganggayong pengkolan tanpa tungtung
luak-leok, nanjak-mudun
jandela jadi figura: lukisan sawarga
pikiran laluncatan
mapay galengan sawah hejo lendo
malipir gulidag kamalir
ngudag ngudag hariring nu nitih angin
gelik suling jentreng kacapi
tembang alam pasundan
sumeleket jeroeun dada
ampir tasik
angen angen heubeul kahudang deui:
boa bagja hirup di desa(*)
09 Maret 2009
Dibandang Gundah
dan aku menjadi peri. tongkat di tangan sungguh ajaib. menyebarkan mantra, mengubah segala. tapi ia tak kuasa mengusir gundah dalam hatiku.
aku lantas menjadi elang. perkasa meraja angkasa. sekali tatap semua tercekam. tunduk patuh. tapi tetap saja, ku tak bisa mengusir sepi nan kian mencengkram. kau tak lagi serupa impian.
aku pun menjadi air. luas, tenang: menerima segala dengan lapang. menjadi tempat mengadu, pelepas beban yang menindih bahu. ah, tapi tetap tak cukup lapang untuk menerima kenyataann: aku kian pasti akan kehilanganmu.
aku akhirnya menjadi aku. termangu diamuk bandang sesak: gundah, kecewa, sesal. lalu segala menjadi sunyi, dingin, dan mati. sangat mati.(*)
aku lantas menjadi elang. perkasa meraja angkasa. sekali tatap semua tercekam. tunduk patuh. tapi tetap saja, ku tak bisa mengusir sepi nan kian mencengkram. kau tak lagi serupa impian.
aku pun menjadi air. luas, tenang: menerima segala dengan lapang. menjadi tempat mengadu, pelepas beban yang menindih bahu. ah, tapi tetap tak cukup lapang untuk menerima kenyataann: aku kian pasti akan kehilanganmu.
aku akhirnya menjadi aku. termangu diamuk bandang sesak: gundah, kecewa, sesal. lalu segala menjadi sunyi, dingin, dan mati. sangat mati.(*)
Asmara Bimbang
hareupeun panto: mandeg mayong
basa anjeun maledogkeun imut
pikiran ngacacang
lunta kamana boa
ah, meureun lindeuk japati
kalan kalan asa endah
mega bodas ngeplak na angen angen
jadi katumbiri: tempat ngalengkah silih puntangan
tapi mindeng kulawu
mega ngumpul jadi ceudeum
kilat jeung beledeg asa dina jajalaneun
soalna meureun rasa
nu lebeng teu kateuleuman
kaheman mekar dipatamanan
tapi lebah gapura aya pananya nganti jawaban:
naha anjeun teh enya pinasti kuring?(*)
basa anjeun maledogkeun imut
pikiran ngacacang
lunta kamana boa
ah, meureun lindeuk japati
kalan kalan asa endah
mega bodas ngeplak na angen angen
jadi katumbiri: tempat ngalengkah silih puntangan
tapi mindeng kulawu
mega ngumpul jadi ceudeum
kilat jeung beledeg asa dina jajalaneun
soalna meureun rasa
nu lebeng teu kateuleuman
kaheman mekar dipatamanan
tapi lebah gapura aya pananya nganti jawaban:
naha anjeun teh enya pinasti kuring?(*)
06 Maret 2009
Ciawi
hampir tasik
bis digoyang belokan tak berkesudahan
hayalan berloncatan
ke pematang indah bertumpukan
ikuti irama lambai dedaunan padi
lantas berlari
mencari senandung kian nyaring: irama kecapi suling
ataukah hanya gema dalam hatiku?
awan biru, barisan bukit hijau
memanggil manggil dari balik jendela
mengundang harapan lama: hidup di desa, alangkah sentosa(*)
bis digoyang belokan tak berkesudahan
hayalan berloncatan
ke pematang indah bertumpukan
ikuti irama lambai dedaunan padi
lantas berlari
mencari senandung kian nyaring: irama kecapi suling
ataukah hanya gema dalam hatiku?
awan biru, barisan bukit hijau
memanggil manggil dari balik jendela
mengundang harapan lama: hidup di desa, alangkah sentosa(*)
Angin Nu Ngipuk Rasa
angin rintih tengah poe
ngipukeun binih endah
jeroen dada: cinta terlarang!
aduh, na timana jolna
meureun sepi, boa honcewang
pedah nunggeulis diudag umur
waktu sigana jadi lantaran
meungkeut urang beuki deukeut
amprok saban poe:
stadion, lapangan badminton, kolam renang
meureun di dinya rasa teh tumuwuh
atawa dina liuh tatangkalan
tempat urang silih poyok, silih eledan
rasa disidem: teu wani balaka
pan anjeun geus aya nu boga
cinta siga kieu geus kabade tungtungna
tapi kasadaran teh musna
basa suku nincak tanah sebrang
angin nu nyebarkeun ambeu walungan purba
mere kawani: blakblakan lewat tulisan
jajaten neumbrag tembok
hate anjeun geus taya lolongkrang
"mending babarayaan
siga nu datang samemehna."(*)
ngipukeun binih endah
jeroen dada: cinta terlarang!
aduh, na timana jolna
meureun sepi, boa honcewang
pedah nunggeulis diudag umur
waktu sigana jadi lantaran
meungkeut urang beuki deukeut
amprok saban poe:
stadion, lapangan badminton, kolam renang
meureun di dinya rasa teh tumuwuh
atawa dina liuh tatangkalan
tempat urang silih poyok, silih eledan
rasa disidem: teu wani balaka
pan anjeun geus aya nu boga
cinta siga kieu geus kabade tungtungna
tapi kasadaran teh musna
basa suku nincak tanah sebrang
angin nu nyebarkeun ambeu walungan purba
mere kawani: blakblakan lewat tulisan
jajaten neumbrag tembok
hate anjeun geus taya lolongkrang
"mending babarayaan
siga nu datang samemehna."(*)
Mabuk Puisi
Segalanya datang tiba-tiba. Mungkin sejak tiga bulan lalu. Aku tiba-tiba mabuk puisi: terus mencarinya setiap hari. Mencari bukunya di perpustakaan kantor, bahkan membeli beberapa.
Ada apa ini? Aku sendiri merasa heran. Dulu kuanggap puisi hanya sesuatu dari alam lain, sesuatu yang tak gampang dimengerti. Kala itu aku tak punya hasrat untuk menyibukan diri menelaah atau menikmatinya. Perhatian saat itu lebih banyak pada fiksi: cerpen atau novel.
Kini keadaanya justru terbalik. Cerpen kayaknya sudah makin aku tinggalkan. Di sela kesibukan susah sekali memaksa diri mengikuti cerpen yang kadang tidak pendek. Bila tidak benar-benar unik biasanya aku hanya membaca awal dan akhirnya. Kalau novel hingga kini aku masih rajim meminjamnya.
Dalam kesibukan yang kian menekan, puisi memang menjadi pilihan masuk akal. Ketertarikanku juga mungkin didorong sebab lain: hasrat memacu diri menjadi penulis lebih baik. Puisi kuanggap menjadi latihan cerdas menuju ke arah itu.
Sayang sejauh ini aku baru sebatas suka. Untuk membuatnya, ku belum bisa. Membuat yang benar, maksudku. Kalau hanya sekedar puisi yang luru, tentu gampang saha. Tapi puisi yang bagus tampaknya lebih seperti ini: menyimpan maksud dan rasa di balik kata-kata indah mempesona. Itu yang aku belum bisa menciptanya.(*)
Ada apa ini? Aku sendiri merasa heran. Dulu kuanggap puisi hanya sesuatu dari alam lain, sesuatu yang tak gampang dimengerti. Kala itu aku tak punya hasrat untuk menyibukan diri menelaah atau menikmatinya. Perhatian saat itu lebih banyak pada fiksi: cerpen atau novel.
Kini keadaanya justru terbalik. Cerpen kayaknya sudah makin aku tinggalkan. Di sela kesibukan susah sekali memaksa diri mengikuti cerpen yang kadang tidak pendek. Bila tidak benar-benar unik biasanya aku hanya membaca awal dan akhirnya. Kalau novel hingga kini aku masih rajim meminjamnya.
Dalam kesibukan yang kian menekan, puisi memang menjadi pilihan masuk akal. Ketertarikanku juga mungkin didorong sebab lain: hasrat memacu diri menjadi penulis lebih baik. Puisi kuanggap menjadi latihan cerdas menuju ke arah itu.
Sayang sejauh ini aku baru sebatas suka. Untuk membuatnya, ku belum bisa. Membuat yang benar, maksudku. Kalau hanya sekedar puisi yang luru, tentu gampang saha. Tapi puisi yang bagus tampaknya lebih seperti ini: menyimpan maksud dan rasa di balik kata-kata indah mempesona. Itu yang aku belum bisa menciptanya.(*)
04 Maret 2009
Sunda nu Karunya
panggung geus lekasan
layar geus diturunkeun
urang palastra: ngapar ngababatang
bleg tegalan bubat
tatar pasundan masih loba jirim
ngaler ngidul
tapi teu nyesa sunda:
basa kasedek deungeun
budaya nyesa dina rak buku
jeung museum
lalakon kaburu tamat
basa sabaraha taun
urang milih api lain(*)
layar geus diturunkeun
urang palastra: ngapar ngababatang
bleg tegalan bubat
tatar pasundan masih loba jirim
ngaler ngidul
tapi teu nyesa sunda:
basa kasedek deungeun
budaya nyesa dina rak buku
jeung museum
lalakon kaburu tamat
basa sabaraha taun
urang milih api lain(*)
Azan
panggilan bening
tenggelam di keriuhan
tak lagi mendesirkan hati seperti dulu
hati termabuk semesta:
dipeluk selimut
diburu tenggat
dipagut sibuk
dirayu nafsu
kota dan dunia
menjadi racun yang mencuri tawadlu
diri menjelma batu
suluh suluh neraka(*)
tenggelam di keriuhan
tak lagi mendesirkan hati seperti dulu
hati termabuk semesta:
dipeluk selimut
diburu tenggat
dipagut sibuk
dirayu nafsu
kota dan dunia
menjadi racun yang mencuri tawadlu
diri menjelma batu
suluh suluh neraka(*)
Sarangenge Lugay di Surabaya
keur :D
anjeun imut, ipis
sarangenge rikat nguniang di lantey tilu
sadeupa ti monumen bambu runcing
ngirimkeun haneut, ngusapan dada
basa hujan ngetrokan jandela kaca
anjeun timpuh: jilbab bodas, raray cekas
panon seukeut ngodokan eusi dada
basa kuring maledogkeun gonjak
teu kabade: bet anjeun leah
pasosore ngajugjug bioskop
di tukanguen bale pemuda: paduduan, ratug tutunggulan
atawa ukur jero dada kuring?
buktina heuleut poe
anjeung nyodorkan peso
nurihan angen: abdi tos papacangan!
euh, teu pegat helok
naha kungsi aya sakotret cinta keur kuring
ngalanto na hate anjeun?(*)
anjeun imut, ipis
sarangenge rikat nguniang di lantey tilu
sadeupa ti monumen bambu runcing
ngirimkeun haneut, ngusapan dada
basa hujan ngetrokan jandela kaca
anjeun timpuh: jilbab bodas, raray cekas
panon seukeut ngodokan eusi dada
basa kuring maledogkeun gonjak
teu kabade: bet anjeun leah
pasosore ngajugjug bioskop
di tukanguen bale pemuda: paduduan, ratug tutunggulan
atawa ukur jero dada kuring?
buktina heuleut poe
anjeung nyodorkan peso
nurihan angen: abdi tos papacangan!
euh, teu pegat helok
naha kungsi aya sakotret cinta keur kuring
ngalanto na hate anjeun?(*)
Puisiku
banyak seperti bocah
menulis puisi seperti sedang berlajar mengeja
lurus, transfaran, tiada keindahan
hari ini akupun terkaget:
puisi seperti itu menjelma jadi buku
nama besar memang lebih sakti dari kualitas
banyak yang menulisnya seperti kabut
menyajikan misteri dari awal ke akhir
kalimat tak bertautan
kata kata menjanjikan kedalaman
amboi, banyak nian yang begini
penyair penyair besar dan baru mulai
mereka mungkin sudah mengerti
puisi yang sejati
aku memilih yang ditengah
sajak sajak bermakna terang, tapi indah
ada kelokan, banyak kejutan
tapi tak melupa yang termutlak:
gagasan harus terbaca jelas
perasaan harus segera tertular deras(*)
menulis puisi seperti sedang berlajar mengeja
lurus, transfaran, tiada keindahan
hari ini akupun terkaget:
puisi seperti itu menjelma jadi buku
nama besar memang lebih sakti dari kualitas
banyak yang menulisnya seperti kabut
menyajikan misteri dari awal ke akhir
kalimat tak bertautan
kata kata menjanjikan kedalaman
amboi, banyak nian yang begini
penyair penyair besar dan baru mulai
mereka mungkin sudah mengerti
puisi yang sejati
aku memilih yang ditengah
sajak sajak bermakna terang, tapi indah
ada kelokan, banyak kejutan
tapi tak melupa yang termutlak:
gagasan harus terbaca jelas
perasaan harus segera tertular deras(*)
02 Maret 2009
Ingin Kutaklukkan Puisi
ingin kutaklukkan puisi
merebut makna yang tersamar samar
memahami maksud yang berkabutkan
keindahan
ingin kugagahi sajak
lalu memaksanya tinggal di kepala
sebelum mengalirkannya lewat jemari
kata per kata
setiap hari: tanpa henti, tanpa mati
selalu menawan hati
tapi ia sungguh liar
berontak, ingin selalu merdeka
ku hanya bisa menerka nerka
arti dan rasanya
menyuruhnya tinggal di kepala
terlebih sulit lagi
mengalirkannya lewat jemari
muskil sungguh
tergagap gagap: kata pun kehilangan jiwa
kadang terlalu terang, tanpa aura indah
kerap terlalu lurus, tiada kelok kejutan
tapi tetap
harap tak mau sudah
terus bermimpi indah(*)
merebut makna yang tersamar samar
memahami maksud yang berkabutkan
keindahan
ingin kugagahi sajak
lalu memaksanya tinggal di kepala
sebelum mengalirkannya lewat jemari
kata per kata
setiap hari: tanpa henti, tanpa mati
selalu menawan hati
tapi ia sungguh liar
berontak, ingin selalu merdeka
ku hanya bisa menerka nerka
arti dan rasanya
menyuruhnya tinggal di kepala
terlebih sulit lagi
mengalirkannya lewat jemari
muskil sungguh
tergagap gagap: kata pun kehilangan jiwa
kadang terlalu terang, tanpa aura indah
kerap terlalu lurus, tiada kelok kejutan
tapi tetap
harap tak mau sudah
terus bermimpi indah(*)
Puisi Yang Hilang
terseret aku, makin dalam
ke danau kesunyian
tarian jemari merangkai kata kata
menjelma selokan, kanal, samudra: banjir informasi
setiap hari menyerbu serupa bah
membuat semua tergagap, hilang napas
baca, baca, baca
betulkan mereka membutuhkannya?
adakah yang menemukan sajakku yang tersesat?
tak ada jawaba, hanya gundah
mengantar jariku terus menari
memperhebat bandang
yang kian menghanyutkan segala
pikiranku(*)
ke danau kesunyian
tarian jemari merangkai kata kata
menjelma selokan, kanal, samudra: banjir informasi
setiap hari menyerbu serupa bah
membuat semua tergagap, hilang napas
baca, baca, baca
betulkan mereka membutuhkannya?
adakah yang menemukan sajakku yang tersesat?
tak ada jawaba, hanya gundah
mengantar jariku terus menari
memperhebat bandang
yang kian menghanyutkan segala
pikiranku(*)
Dangding Katineung
--keur: L
seja nganggit dangding
haturaneun salira
kiwari duka dimana
hayang ngotretkeun katineung
basa pada pada beureum beungeut
di sisi walungan tenang herang
digonjak batur ngaliwet
harita urang cangcaya
naha cinta atawa era
mun dipoyok jebul nyeuneu
maklum bau jaringao
mindeng inget, tapi milih malipir
nyingcetan pertemuan jeung salira
basa umur nambahan
mindengn muncul heran:
ngaran anjeun lir hariring
ngageterkeun eusi dada
tiap disebut: samar polah, samar rampa
waktu akhirna teu panuju
misahkeun duriat
urang pajauh, muru takdir sewang sewangan
tapi teu rek baha
nepi ka kiwari mindeng jebul harepan
hayang bisa tepang sono
jonghok: ngadadar endah panineungan
ngagulkeun bati sewang sewangan
anjeun tilu budak, kuring geus dua(*)
seja nganggit dangding
haturaneun salira
kiwari duka dimana
hayang ngotretkeun katineung
basa pada pada beureum beungeut
di sisi walungan tenang herang
digonjak batur ngaliwet
harita urang cangcaya
naha cinta atawa era
mun dipoyok jebul nyeuneu
maklum bau jaringao
mindeng inget, tapi milih malipir
nyingcetan pertemuan jeung salira
basa umur nambahan
mindengn muncul heran:
ngaran anjeun lir hariring
ngageterkeun eusi dada
tiap disebut: samar polah, samar rampa
waktu akhirna teu panuju
misahkeun duriat
urang pajauh, muru takdir sewang sewangan
tapi teu rek baha
nepi ka kiwari mindeng jebul harepan
hayang bisa tepang sono
jonghok: ngadadar endah panineungan
ngagulkeun bati sewang sewangan
anjeun tilu budak, kuring geus dua(*)
01 Maret 2009
Sadrah di Tungtung Peuting
peuting muru ka tungtung
jempling ngirimkeun sorasora ti kajauhan:
jangkrik, anjing, jeung manuk peuting
mirig hariring jero kalbu
panon mumul peureum
tapi bangbaluh geus ucul
kakarek bieu, sadrah datang nyaliara
hirup kapan ukur wawayangan
kunaon make rempan ditinggal anjeun?
pageto pasti aya deui mojang nu ngalanto
jung, jung, ari enya geus teteg mah
tong teuing mandeg mayong
bral, teangan lalaki nu cintana leuwih ti aing
mun teu manggihan
poma ulah datang deui bari balilihan(*)
jempling ngirimkeun sorasora ti kajauhan:
jangkrik, anjing, jeung manuk peuting
mirig hariring jero kalbu
panon mumul peureum
tapi bangbaluh geus ucul
kakarek bieu, sadrah datang nyaliara
hirup kapan ukur wawayangan
kunaon make rempan ditinggal anjeun?
pageto pasti aya deui mojang nu ngalanto
jung, jung, ari enya geus teteg mah
tong teuing mandeg mayong
bral, teangan lalaki nu cintana leuwih ti aing
mun teu manggihan
poma ulah datang deui bari balilihan(*)
Apa yang membuat mereka?
Sebut saja pertanyaan, atau boleh dianggap protes. karna di berbagai arena selalu saja ada orang2 begitu cemelang. meraih puncak dengan energi sekedarnya. yang lain, meski jungkir balik, bahkan dekat pun tidak. bagaimana bisa? apa yang membuatnya?
sepak bola banyak memilikinya. seniman-seniman tulen dengan bola di darahnya. setiap gerakan, setiap operan, setiap tujuan selalu saja berujung tepukan dan decakan kagum.
dunia ilmu tak berbeda. ada einstein yang brilian. banyak penemu yang ajaib. berlimpah pemikir yang luar biasa.
dunia sastra juga sama. angkatan lama dan baru selalu menghadirkan bakat menojol: para perangkai kata indah berbobot kehidupan. ia sepertinya tak perlu banyak membaca atau berusaha. hanya menuliskan ilham lalu jadilan sumber kekaguman.
bagaimana bisa? apa yang membuat mereka?
lalu tanya soal adil dan tidak muncul. ah jadi teringat petuah agama yang dikutip sang raja dangdut kita: kaya dan miskin dicipta Tuhan agar saling melengkapi.
tapi mengapa, oh mengapa, seseorang dipilih jadi kaya dan yang lain tidak. mengapa seseorang dipilih menjadi gudang bakat dan yang lain menjadi sosok berotak kosong?
aku penasaran, sungguh2 penasaran. karena miskin, tak berbobot, dan berotak kosong justru menajdi aku.(*)
sepak bola banyak memilikinya. seniman-seniman tulen dengan bola di darahnya. setiap gerakan, setiap operan, setiap tujuan selalu saja berujung tepukan dan decakan kagum.
dunia ilmu tak berbeda. ada einstein yang brilian. banyak penemu yang ajaib. berlimpah pemikir yang luar biasa.
dunia sastra juga sama. angkatan lama dan baru selalu menghadirkan bakat menojol: para perangkai kata indah berbobot kehidupan. ia sepertinya tak perlu banyak membaca atau berusaha. hanya menuliskan ilham lalu jadilan sumber kekaguman.
bagaimana bisa? apa yang membuat mereka?
lalu tanya soal adil dan tidak muncul. ah jadi teringat petuah agama yang dikutip sang raja dangdut kita: kaya dan miskin dicipta Tuhan agar saling melengkapi.
tapi mengapa, oh mengapa, seseorang dipilih jadi kaya dan yang lain tidak. mengapa seseorang dipilih menjadi gudang bakat dan yang lain menjadi sosok berotak kosong?
aku penasaran, sungguh2 penasaran. karena miskin, tak berbobot, dan berotak kosong justru menajdi aku.(*)
Langganan:
Komentar (Atom)