16 Maret 2009

Para Pengintip Masa Depan

bahagiakah para pengintip masa depan?
film doa yang mengancam menjawab: hanya penderitaan
buku samurai mengurai: berujung kegilaan atau kematian

masuk akal. ibarat menonton tv, seorang pengintip tidaklah bisa ikut serta. hanya merasa dari kejauhan: gembira atau berduka. tak bisa ia mengulur tangan untuk mengubah perutungan. tahu bahwa masa depan akan buruk, tak bisa berbuat apa apa untuk mengubahnya, akan membuat beban makin menumpuk. hidup menjadi semakin suntuk karena tahu derita sudah menanti di ujung.

dalam samurai, pengintip itu bahkan menjadi gila karena aliran gambar yang tak bisa dimengerti. ia menangkap masa depan yang terlalu jauh dan terasa tak mengakar. ia membantau segenap keluarga karena melihat duka menunggu mereka di depan sana. tapi buku itu juga bercerita tentang lelaki yang lain: gagah menjalani masa depan yang sudah terbaca. Buruk dan pahit dia kecap dengan hati tetap. ia pun menjemput kematian dengan anggun.

dalam film doa: idenya juga sama. gaya bercerita sudah lumayan maju dibandingkan sinetron. tapi terasa masih kasar dan di sana sini menghianati nalar. madrim sejatinya mungkin dikedepankan untuk mengolok diri sendiri: kita manusia yang ingin serba lebih. nyatanya kelebihan itu tidak membahagiakan dan madrim pun berharap kembali pada awal yang dia keluhkan sangat membuat ia tak kuat.

untuk apakah kita butuh pembaca nasib? hidup lebih berarti karena ia menyajikan misteri. kita giat menjalaninya karena tahu ada kemungkinan kita mendapat yang bagus di depan sana. kalau sejak awal kita tahu akan gagal: bukankah kita hanya akan memperpanjang derita saja.(*)

Tidak ada komentar: